Memanusiakan Petugas Sampah Melalui Program Zero Waste Cities
Sumber gambar :ypbbblog.blogspot.com |
Program Zero Waste Cities
Penanganan sampah di Indonesia memang masih dipandang sebelah mata. Padahal BPS memprediksi pada tahun 2025, jumlah timbulan sampah di Indonesia akan bertambah menjadi 1,42 kg/orang/hari atau 2,2 miliar ton sampah/tahun yang berasal dari 4,3 miliar orang penduduk Indonesia. Bisa dibayangkan jika sampah ini tidak terkelola dengan baik maka bukan tidak mungkin jika akhirnya negara kita akan menjadi lautan sampah.
Demi mencegah penumpukan sampah di TPA, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis sampah Rumah Tangga. Dalam kebijakan ini pemerintah menetapkan target pengelolaan sampah yang ingin dicapai yaitu 100% sampah terkelola dengan baik dan benar pada tahun 2025 ( Indonesia Bersih Sampah). Target ini diukur melalui pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sampah sebesar 70%.
Sumber gambar : ypbb (dimodifikasi) |
ZWC adalah program yang diinisiasi Mother Earth Foundation Filipina, kemudian program ini direplikasi dan disesuaikan dengan kondisi wilayah dampingan oleh Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) Bandung sejak tahun 2017 dengan lokasi di tiga kota yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung. Pada tahun 2019 program ZWC dikembangkan pula di Denpasar dan Surabaya yang dijalankan oleh Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) dan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) yang bermitra dengan YPBB.
Program ZWC bukanlah program pengelolaan sampah perorangan, namun berbasis kawasan. Sehingga diharapkan dapat diadopsi di kawasan lain seperti RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten hingga seluruh Indonesia. Secara garis besar ada 3 langkah yang menjadi kunci dari pelaksanaan program ZWC yaitu memilah sampah, mengolah sampah langsung di sumber utamanya yaitu masyarakat dan menggalang dukungan dari pemerintah daerah demi menjamin keberlanjutan program.
1. Memilah sampah
Kawasan pemukiman merupakan sumber sampah terbesar di perkotaan, sehingga YPBB melakukan pendekatan kepada masyarakat di wilayah dampingannya dengan melakukan edukasi tentang pentingnya melakukan pemilahan sampah.
Pemilahan sampah ala YPBB. sumber gambar :ypbbblog.blogspot.com |
Warga hanya diminta untuk memilah sampah organik dan sampah non organik. Sampah hanya dipilah menjadi 2 kelompok supaya lebih mudah dan agar masyarakat tidak merasa frustasi saat harus memilah sampah di rumahnya setiap hari. Pemahaman sederhananya, yang penting sampah sisa makanan yang bisa membusuk tidak tercampur dengan sampah non organik.
2. Mengolah sampah langsung di sumber (masyarakat)
Setelah semua KK paham dan mau melakukan pemilahan sampah, maka disiapkan pula petugas sampah yang akan mengumpulkan sampah dari rumah warga secara terpilah. Pemberian edukasi tentang pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah secara terpilah dilakukan kepada petugas sampah karena hal ini adalah kunci menuju pengelolaan sampah berbasis kawasan. Selain itu disediakan pula fasilitas berupa ember tertutup untuk mengumpulkan sampah organik serta gerobak yang layak untuk mengangkut sampah yang sudah dipilah di tingkat rumah tangga.
Sumber gambar : ypbb (dimodifikasi) |
Sumber gambar : ypbb (dimodifikasi) |
3. Menggalang dukungan dari pemerintah daerah demi menjamin keberlanjutan program
Upaya yang dilakukan oleh YPBB ini bertujuan untuk membuat suatu model pengelolaan sampah yang mempunyai sistem pengelolaan sampah terpadu dan terdesentralisasi serta meningkatkan pemahaman masyarakat tentang metode pengelolaan sampah yang sesuai dengan kondisi kawasan masing-masing. Dengan mengelola sampah langsung dari sumber semacam ini maka jumlah sampah yang dibuang ke TPA dapat dikurangi.
Sumber gambar :ypbbblog.blogspot.com |
Sumber gambar :ypbbblog.blogspot.com |
Memanusiakan Petugas Sampah Melalui Program Zero Waste Cities
Petugas sampah adalah garda terdepan dalam menangani masalah sampah. Tanpa keberadaan mereka maka lingkungan yang bersih, nyaman dan bebas sampah tidak akan pernah bisa terwujud. Di lingkungan kompleks atau perumahan, petugas sampah ini biasa dipanggil dengan sebutan pak Sampah atau tukang sampah. Setiap hari pak Sampah ini akan berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan sampah. Sungguh tugas yang sangat mulia namun risiko yang mereka hadapi cukup berat.
Sumber gambar : ypbb (dimodifikasi) |
Kondisi sampah sisa makanan yang tercampur dengan sampah non organik membuat tugas pak Sampah menjadi lebih berat. Apalagi rata-rata pak sampah ini bekerja dengan Alat Pelindung Diri (APD) yang minim. Gerobak sampah yang digunakan juga biasanya kurang layak kondisinya. Kotoran dan bau selalu menempel di gerobak sampah yang mereka gunakan untuk bekerja sehari-hari. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan juga menyebutkan bahwa petugas sampah dan orang yang bekerja di TPA sering mengalami gangguan pencernaan akibat personal hygiene yang buruk dan kurangnya perhatian pada pekerja. Selain itu banyak juga kasus penyakit kulit serta gangguan indera penciuman akibat terpapar bau.
Program Zero Waste Cities yang telah dilaksanakan dan didampingi langsung oleh YPBB di Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang serta Kabupaten Purwakarta telah memberikan dampak yang positif salah satunya adalah meningkatkan kualitas hidup petugas sampah.
Sampah organik dan sampah non organik yang sudah dipilah oleh warga di tingkat rumah tangga, membuat pekerjaan pak Sampah menjadi lebih ringan. Saat mereka mengumpulkan sampah non organik yang masih bisa dimanfaatkan kembali, misalnya dijual untuk didaur ulang, maka pak sampah ini tak perlu lagi berkutat dengan masalah bau busuk sampah. Tak ada lagi sisa makanan membusuk yang tercampur pada sampah non organik tersebut, karena sampah sudah dipilah warga sejak dari tingkat rumah tangga.
Dari sisi kesehatan dan keselamatan kerja, YPBB juga mendorong untuk meningkatkan perhatian kepada petugas sampah agar mereka dapat bekerja dengan standar keamanan yang lebih baik yaitu dengan dilengkapi APD berupa sepatu boots, masker untuk menahan udara dan gas beracun agar tak terhirup, serta sarung tangan untuk melindungi kulit dari kuman serta virus berbahaya. Selain itu diberikan juga fasilitas untuk petugas sampah berupa peralatan pengumpul sampah yang lebih layak seperti gerobak layak pakai, sepeda motor roda tiga untuk memudahkan penarikan gerobak, dan gacok untuk membongkar sampah yang terkumpul.
Sumber gambar :ypbbblog.blogspot.com |
Foto : Dok.Pribadi |
Foto : Dok.Pribadi |
Wujud tanggung jawab terhadap sampah yang kita hasilkan bukan hanya sekedar tertib membuang sampah pada tempatnya, namun juga tentang bagaimana caranya agar sampah yang kita hasilkan tidak menyusahkan atau mencelakakan petugas sampah yang mengumpulkannya