Meraih Masa Depan Yang Lebih Baik Bersama UT
by
Arifah Wulansari
- August 18, 2016
Awal tahun 2014 saat puskesmas tempat saya bekerja statusnya resmi berubah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) maka terjadilah beberapa perubahan peraturan terutama dalam hal laporan keuangan. Dulu sebelum statusnya berubah menjadi BLUD, semua laporan keuangan masih dikerjakan oleh instansi induk yaitu Dinas Kesehatan. Namun semenjak menyandang status BLUD itu artinya puskesmas harus bisa melakukan pengelolaan keuangan secara mandiri seperti membuat neraca keuangan, CALK, Laporan Arus Kas dan lain sebagainya. Padahal SDM yang tersedia di puskesmas saat itu tidak ada yang memiliki background pendidikan akuntansi.
Sebenarnya secara aturan apabila sebuah instansi sudah berubah statusnya menjadi BLUD maka bisa saja melakukan perekrutan tenaga kontrak secara mandiri, misalnya merekrut tenaga akuntan. Namun karena pada saat itu masih masa transisi dan aturan hukumnya belum ada maka puskesmas saya belum bisa melakukan perekrutan tenaga kontrak. Padahal laporan keuangan sudah harus mulai dikerjakan. Akhirnya sebagai jalan tengah kepala puskesmas saya mengambil kebijakan untuk merekrut tenaga honor harian lepas untuk membantu puskesmas dalam menyusun laporan keuangan.
Ada 2 orang tenaga lulusan SMK jurusan akuntansi yang akhirnya direkrut, sebut saja namanya Vina dan Rani. Keduanya masih berusia sekitar 18 tahun dan masih single. Selain itu mereka juga berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga memang orientasi setelah lulus SMK langsung bekerja, tidak mungkin untuk melanjutkan kuliah karena keterbatasan ekonomi. Kedua tenaga SMK tersebut bertugas sebagai staf yang khusus menyusun pembukuan keuangan dibawah pengawasan saya selaku kepala bagian tata usaha puskesmas. Saya akui meski hanya lulusan SMK tapi keduanya punya semangat belajar yang tinggi. Pekerjaan yang saya berikan selalu berusaha untuk diselesaikan dengan baik, meski beberapa kali masih membutuhkan bimbingan dari saya.
Setelah mereka menjalani masa kerja kurang lebih selama 3 bulan, saya pernah bertanya kepada Rani dan Vina, apakah tidak ingin melanjutkan kuliah? Saya katakan bahwa jaman sekarang persaingan di dunia kerja semakin tinggi. Saya juga tidak bisa menjanjikan kepada mereka berdua untuk bisa terus bekerja di puskesmas karena statusnya masih belum menjadi pegawai tetap, apalagi menjanjikan untuk jadi PNS jelas saya tidak bisa. Padahal saya melihat kedua anak ini punya potensi lebih sebenarnya jika saja mereka punya kesempatan untuk melanjutkan kuliah. Kemudian saya sarankan kepada mereka berdua untuk mulai menyisihkan gaji yang diterima untuk ditabung dan digunakan untuk melanjutkan kuliah.
Obrolan ringan tersebut ternyata didengarkan oleh Vina dan Rani. Awal bulan Agustus ini mereka berdua benar-benar mendaftar kuliah dengan uang hasil tabungan mereka sendiri. Sebagai atasan tentu saya sangat mendukung niat baik kedua staf saya ini. Apalagi kuliahnya juga tidak mengganggu jadwal kerja karena Vina dan Rani memilih untuk melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka (UT).
Universitas Terbuka adalah Perguruan Tinggi Negeri ke-45 di Indonesia yang diresmikan pada tanggal 4 September 1984, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 41 Tahun 1984 yang menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi). Makna terbuka adalah tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian. Batasan yang ada hanyalah bahwa setiap mahasiswa UT harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas (SMA atau yang sederajat). Universitas ini menawarkan berbagai macam pilihan program studi seperti Fakultas Ekonomi, FMIPA, FKIP, FISIP dan Program Pasca Sarjana.
Vina dan Rani bercerita kepada saya bahwa mereka mengambil program studi Ekonomi Akuntansi, tujuannya supaya bisa membantu puskesmas dalam rangka menyusun laporan keuangan yang lebih baik. Jujur saya merasa kagum dengan semangat pengabdian mereka kepada puskesmas, padahal mereka statusnya bukan PNS lho, tapi usahanya untuk meningkatkan kinerja benar-benar patut untuk diacungi jempol.
Lalu bagaimana cara menjalani kuliah di UT?
Cara menjalankan kuliah di UT sangat mudah dan praktis. Yaitu setelah menentukan program studi apa yang akan diinginkan, selanjutnya mahasiswa akan melakukan registrasi dan memilih mata kuliah yang akan ditempuh pada setiap semester. UT memiliki 2 sistem pengambilan mata kuliah yaitu :
- SIPAS, yaitu sistem pemaketan mata kuliah yang dirancang untuk membantu mahasiswa dalam menentukan mata kuliah yang akan diregistrasikan dan terintegrasi dengan penyediaan bahan ajar.
- Non-SIPAS adalah sistem pengambilan mata kuliah secara satuan tanpa mengikuti aturan pemaketan mata kuliah dan tak terintegrasi dalam penyediaan bahan ajar. Perolehan bahan ajar versi cetak program Non-SIPAS dilakukan secara mandiri dengan cara membeli secara online melalui Toko Buku Online (TBO) dan versi digital pada Toko Buku Digital UT atau melakukan pemesanan pada saat registrasi online.
Menurut cerita Vina dan Rani, awalnya mereka mengira paket Non-SIPAS biayanya lebih murah jika dibandingkan dengan paket SIPAS. Namun ternyata jika mendaftar untuk sistem pengambilan mata kuliah Non-SIPAS ini, buku bahan ajarnya harus membeli sendiri dan akhirnya jika ditotal malah biayanya jadi lebih mahal daripada SIPAS. Sehingga lebih direkomendasikan untuk memilih yang paket SIPAS saja.
Setelah mendapatkan buku bahan ajar kuliah, mereka berdua bisa langsung membaca dan mempelajarinya secara mandiri di rumah. Kemudian nanti akan ada tugas-tugas yang diberikan secara online. Apabila ada hal-hal yang kurang dipahami akan ada kuliah tatap muka dengan dosen pembimbing yang dilaksanakan di kampus Universitas Terbuka setiap hari sabtu atau minggu. Jadi kuliahnya memang benar-benar tidak akan mengganggu aktivitas kerja di kantor.
Untuk masalah kualitas pendidikan di UT juga sudah tidak perlu diragukan lagi, karena UT sudah berpengalaman selama 32 tahun dalam menjalankan sistem pendidikan jarak jauh dan dalam proses penyelenggaraan pendidikan jarak jauhnya, para mahasiswa Universitas Terbuka akan dibantu oleh tenaga Dosen dan Tutor yang berpengalaman. Saat ini UT memiliki 722 Dosen yang bertugas di UT-Pusat dan UPBJJ-UT. Dosen UT bertugas menyiapkan strategi dan materi pembelajaran yang dituangkan dalam Buku Materi Pokok (modul), yang nantinya menjadi media representasi Dosen dalam belajar secara jarak jauh.
Biaya pendidikan di UT juga masih terjangkau. Buktinya Vina dan Rani bisa lho membayar biaya kuliahnya sendiri dengan menggunakan hasil tabungan mereka selama bekerja di puskesmas sebagai tenaga honor harian lepas. Gara-gara melihat mereka berdua kuliah di UT, saya sendiri jadi tertarik untuk ikut mendaftar kuliah Pasca Sarjana di Universitas Terbuka. Saya lihat program Pasca Sarjana yang ditawarkan juga sudah terakreditasi oleh BAN PT.
SK Akreditasi Program PascaSarjana UT |
Universitas Terbuka hingga saat ini telah berkiprah selama 4 windu dalam membangun negeri. Dengan sistem kuliah jarak jauh yang diterapkan, maka ada banyak sekali mahasiswa yang terbantu untuk bisa meraih masa depan yang lebih baik bersama UT. Terutama bagi mahasiswa yang "nyambi" bekerja seperti Vina dan Rani. Sistem kuliah yang diterapkan di UT memang sangat memungkinkan bagi para karyawan yang sibuk bekerja untuk tetap punya kesempatan meningkatkan jenjang pendidikan demi peningkatan karir.