Ecoprint, Batik Kontemporer Nan Eksklusif Dan Ramah Lingkungan
by
Arifah Wulansari
- February 29, 2020
Dukungan terhadap produk lokal harus terus ditingkatkan. Menjadi tugas kita semua untuk mempertahankan produk lokal agar tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri
Cuaca kota Jogja pagi ini tampak sedikit mendung, hingga membuat saya awalnya merasa ragu untuk bepergian. Meskipun mendung tipis bergelayut di langit jogja, namun tampaknya hujan masih enggan untuk turun. Semakin siang perlahan mendung berarak pergi dan mentari mulai tampak bersinar malu-malu. Situasi ini membuat saya menjadi yakin untuk memacu kendaraan roda dua saya menuju Alun-Alun Sewandanan Pakualaman demi bertemu dengan Bu Atik, pengrajin Batik Ecoprint yang hari ini sedang mengikuti kegiatan pameran produk lokal UKM Great Sale yang digelar oleh Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta bekerjasama dengan Plut Jogja.
Perkenalan saya dengan bu Atik memang terbilang singkat namun sangat berkesan. Saya mengenal beliau pada kegiatan pameran produk UKM bertema Pasar Rakyat yang pernah digelar di tempat yang sama beberapa waktu lalu. Kala itu saya sangat tertarik dengan jilbab ecoprint hasil produksi Bu Atik. Namun produk yang saya inginkan tidak tersedia, sehingga Bu Atik meminta saya untuk mendeskripsikan produk yang saya inginkan dan beliau berjanji akan membuatkannya untuk saya.
Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya hari ini Bu Atik menepati janjinya dengan menghubungi saya. " Mbak, Jilbab Ecoprint pesanannya sudah jadi. Sekarang saya ikut pameran lagi di Alun-Alun Sewandanan. Pamerannya dari tanggal 28-29 Februari 2020. Kesini ya mbak, buat ambil pesanannya", begitu bunyi pesan singkat dari bu Atik yang disampaikan melalui Whatsapp. Kabar yang sudah saya tunggu-tunggu inilah yang mendorong minat saya untuk segera mengunjungi gelaran UKM Great Sale yang hanya berlangsung selama 2 hari dari jam 08.00 - 17.00 WIB.
Pukul 10.30 saya tiba di Alun-Alun Sewandanan dan segera berkeliling mencari stand Bu Atik. Saya memang selalu tertarik untuk mengunjungi pameran UKM yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi UKM DIY, karena melalui kegiatan semacam ini saya bisa menemukan berbagai macam produk lokal yang unik dan menarik hasil karya dari para pengusaha UKM DIY. Pameran Produk Lokal UKM Great Sale ini diikuti oleh sekitar 50 stand yang menampilkan berbagai macam produk lokal seperti produk kuliner, craft hingga fashion. Selain itu diselenggarakan juga berbagai kegiatan menarik lainnya untuk memeriahkan acara seperti talk show, ceremony "Ganti Dwaja Prajurit Jaga Kadipaten Pakualaman", kesenian jathilan, lomba menyanyi serta senam masal.
Panggung Atraksi Wisata Budaya UKM Great Sale. Foto : Dok.Pribadi |
Sebagai pecinta produk lokal saya sangat mengapresiasi kegiatan pameran produk UKM yang dilaksanakan secara rutin oleh Dinas Koperasi UKM DIY. Kegiatan ini merupakan wujud nyata dukungan dari pemerintah bagi pelaku UKM di DIY untuk mengembangkan usaha mikronya sekaligus mengkampanyekan kepada masyarakat agar semakin mencintai produk lokal demi meningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan mencintai serta memilih untuk membeli produk dalam negeri maka kita telah berkontribusi dalam menggerakkan roda perkonomian nasional serta membantu mengurangi angka pengangguran.
Stand Pameran Bu Atik Berada Pada Sisi Paling Kiri. Foto : Dok.Pribadi |
Salah satu produk lokal yang menjadi favorit saya adalah Batik Ecoprint, yaitu kreasi batik kontemporer yang dibuat dengan menggunakan bahan - bahan alam seperti daun, bunga, batang hingga ranting pohon. Bahan tersebut digunakan sebagai pewarna serta cetakan untuk membuat pola motif pada kain. Proses produksi ecoprint yang sama sekali tidak menggunakan bahan kimia semacam ini akan mengasilkan sebuah produk batik kontemporer yang berkesan eksklusif dan tentunya ramah lingkungan. Bahan alami yang digunakan memberikan jaminan bahwa proses produksi ecoprint tidak akan menghasilkan limbah bahan beracun dan berbahaya yang berdampak negatif bagi lingkungan serta kesehatan.
Display Batik Ecoprint di Stand Pameran Bu Atik. Foto : Dok.Pribadi |
Begitupula dengan produk Ecoprint yang dibuat sendiri oleh Bu Atik ini. Meskipun hasil karyanya tampak berwarna warni namun produk tersebut sama sekali tidak memakai bahan kimia. Contohnya kain batik ecoprint yang berwarna dasar pink ternyata pewarnaannya menggunakan secang, semetara kain yang berwarna dasar kuning/orange pewarnaannya menggunakan kunyit. Kemudian motif indah yang tercetak pada kain tersebut dibuat dengan menggunakan berbagai macam dedaunan seperti daun jati, daun lanang, daun teruju, daun jambu biji, serta berbagai jenis daun lain yang merupakan kekayaan alam Indonesia.
Bu Atik dan Batik Ecoprint Hasil Karyanya. Foto : Dok.Pribadi |
Bu Atik mengaplikasikan Ecoprint pada kain berserat alami seperti kain katun. Kreasinya berupa batik Ecoprint dalam bentuk kain meteran siap jahit, jilbab ecoprint, kaos ecoprint serta batik Ecoprint yang sudah dijahit menjadi baju siap pakai. Sudah 2 tahun lebih Bu Atik menggeluti usaha kerajinan batik Ecoprint semacam ini. Proses pembuatan yang cukup mudah, namun menghasilkan produk bernilai jual tinggi membuat ibu yang bernama lengkap Ratmiyatik ini semakin mantap untuk terus menjalankan usahanya tersebut.
Awalnya bu Atik mengenal Ecoprint dari kegiatan workshop yang pernah beliau ikuti. Bu Atik memang senang mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai macam workshop seperti ecoprint, shibori dan lain sebagainya. Bahkan beberapa waktu yang lalu, Bu Atik juga pernah menjadi salah satu pemenang dalam lomba desain motif kain shibori. "Nggak nyangka lho mbak, kemarin saya bisa jadi juara 2", kenang bu Atik dengan bangga. Bagi bu Atik berkreasi dengan ecoprint dan shibori sama-sama menyenangkan. Karena dikerjakan dengan hati yang senang, maka tak heran jika kain batik ecoprint hasil karya bu Atik tampak begitu cantik dan menarik.
Bu Atik yang selalu semangat berkarya. Foto : Dok.Pribadi |
Proses produksi Ecoprint ini dikerjakan sendiri oleh bu Atik di rumahnya yang beralamat di Jl. Godean Km 4,5 (Modinan RT 08 / RW 21 Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta). Menurut penuturan bu Atik, proses pembuatan batik Ecoprint ini sebenarnya sangat mudah, yaitu diawali dengan pengolahan kain atau mordanting. Sebelum dilakukan pencetakan dengan menggunakan warna alam, kain direndam dulu dengan menggunakan air campuran tawas selama satu hari. Tujuannya adalah untuk mempertahankan warna dasar kain, serta membuka pori-pori kain supaya hasil cetakan dari bahan alami dapat melekat sempurna. Setelah itu kain dikeringkan di bawah sinar matahari dan dimulailah proses pencetakan.
Objek yang akan dicetak pada kain adalah berbagai macam dedaunan. Yang paling favorit adalah daun jati dan daun lanang. Daun yang dipilih harus yang muda, supaya bisa mengeluarkan warna yang bagus. Kemudian daun tersebut ditata sedemikian rupa membentuk pola sesuai kreasi yang diinginkan. Selanjutnya kain dipukul-pukul dengan kekuatan sedang menggunakan palu atau batu, namun jangan sampai daunnya hancur. Kemudian, kain dilipat menjadi bagian yang lebih kecil dengan tetap mempertahankan posisi daun agar tidak berubah. Kain yang sudah terlipat, diikat kencang dengan menggunakan tali kenur.
Batik Ecoprint menampilkan warna-warna alam yang ramah lingkungan. Foto : Dok.Pribadi |
Tahapan berikutnya adalah pengukusan yang bertujuan untuk mengeluarkan warna dari dedaunan yang sudah ditempelkan pada kain. Lipatan kain yang sudah diikat tersebut dikukus selama satu jam pada suhu 100 derajat Celcius. Setelah selesai maka motif batik akan tampak tercetak sempurna pada kain. Setelah kain dibersihkan dari sisa daun yang menempel, kemudian kain yang sudah dibatik tersebut direndam dengan air campuran tawas selama satu jam yang bertujuan untuk mengikat motif serta warna yang sudah tercetak pada kain. Tahapan ini biasa disebut dengan istilah fiksasi. Sesudah difiksasi, kain batik ecoprint dijemur dibawah sinar matahari atau diangin-anginkan supaya hasilnya lebih sempurna.
Proses produksi yang cukup mudah semacam ini bisa menjadi sarana untuk mengisi waktu luang sekaligus menghasilkan suatu produk yang bernilai jual tinggi. Makanya kini semakin banyak kaum wanita serta ibu rumah tangga yang tertarik untuk belajar Ecoprint. Seni batik ecoprint ini memang bisa dijadikan sarana untuk pemberdayaan wanita supaya kaum wanita juga bisa lebih mandiri secara ekonomi.
Senangnya bisa berkenalan dengan bu Atik. Foto : Dok.Pribadi |
Sungguh rasanya asyik sekali berbincang dengan Bu Atik tentang proses pembuatan ecoprint. Setelah puas mengobrol maka sayapun segera menyelesaikan transaksi pembayaran pesanan jilbab Ecoprint saya pada bu Atik. Saya membeli jilbab ecoprint dengan nuansa warna alam keunguan seharga Rp.95.000,-. Setelah itu saya melanjutkan untuk melihat-lihat produk Ecoprint di stand yang lain, siapa tau saya menemukan produk ecoprint lain yang cocok di hati.
Produk lokal memang diciptakan untuk kita, sesuai dengan kultur kita. Menggunakan produk lokal berarti menunjukkan eksistensi kita sebagai bangsa Indonesia
Selain stand Ecoprint milik bu Atik, saya menemukan ada beberapa stand Ecoprint lain yang memiliki kekhasan polanya masing-masing yaitu Batik Ecoprint milik ibu Krishna dan Batik Ecoprint hasil produksi Hastamy Craft. Ibu khrisna adalah pengrajin batik Ecoprint yang mempelajari teknik ecoprint secara otodidak. Beliau mengaku belajar ecoprint hanya dari melihat informasi di internet serta video di youtube. Meskipun belajar secara mandiri namun hasil karya ecoprintnya tetap tampak eksklusif dan memiliki kekhasan tersendiri.
Batik Ecoprint hasil karya Bu Khrisna. Foto : Dok. Pribadi |
Selain berkreasi dalam hal corak dan motif, ecoprint juga bisa dikreasikan pada berbagai macam jenis kain maupun media. Yang terpenting media tersebut harus berserat alami seperti kain katun, goni, kulit kayu, sutra hingga kulit binatang. Saat mengunjungi pameran UKM Great Sale siang ini, saya menemukan produk Batik Ecoprint yang sangat menarik yaitu Ecoprint yang diaplikasikan pada kain sutra hasil karya Hastamy Craft yang rumah produksinya beralamat di Pengasih, Wates, Kulonprogo. Ternyata saat warna alam tersebut diaplikasikan pada kain sutera hasilnya tampak semakin apik. Sehingga sangat layak jika Batik Sutra Ecoprint yang terlihat sangat ekskusif ini dihargai senilai Rp. 400.000,-. Mengamati ecoprint dengan merk hastamy tersebut saya merasa kagum karena terlihat jelas bahwa proses pembuatannya dilakukan dengan sangat detail sehingga menghasilkan kain batik ecoprint yang bercita rasa tinggi.
Batik Sutra Ecoprint dari Hastamy Craft ini berkesan mewah dan eksklusif. Foto : Dok.Pribadi |
Tak terasa hari sudah semakin siang. Setelah berkeliling melihat beberapa stand Batik Ecoprint, akhirnya saya tidak tahan untuk membeli satu lagi produk jilbab ecoprint yang diproduksi oleh komunitas kriya Srikandi bernuansa warna cream seharga Rp.50.000,-. Kenapa saya suka sekali dengan jilbab Ecoprint semacam ini? Alasannya karena produk ini memang eksklusif dan berkesan elegan saat dikenakan. Meskipun dibuat dengan bahan dan cara yang sama, namun hasilnya akan selalu berbeda. Itulah salah satu keistimewaan dari batik Ecoprint. Selain itu produk jilbab Ecoprint ini juga sangat ramah lingkungan. Bagi saya memilih produk yang ramah lingkungan merupakan hal penting, mengingat kondisi lingkungan kita yang kini semakin banyak mengalami kerusakan. Jika bukan kita yang turut serta menjaga kelestarian lingkungan, lalu siapa lagi?
Ecoprint hasil perburuan saya di Pameran Produk Lokal UKM Great Sale. Foto : Dok.Pribadi |
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Pameran Produk Lokal UKM Great Sale Tema "Aku Cinta Produk Lokal"