MUTASI
by
Arifah Wulansari
- February 22, 2014
Siang itu saat aku berjalan menuju mushola untuk
melaksanakan ibadah dhuhur tiba-tiba hp di saku ku berbunyi.
“ Halo..mbak ari, ini ada undangan pelantikan jam 13.30 hari
ini. Tolong undangan segera di ambil di dinas..seragam PSL ya” suara pak sidiq
langsung terdengar menyampaikan kabar pelantikan.
“Iya pak..terimakasih banyak” jawabku seketika karena cukup
kaget mendengar kabar mendadak ini.
Undangan pelantikan itu artinya aku pasti akan di mutasi
lagi. Padahal baru 7 bulan yang lalu aku dilantik dan di mutasi di tempat ini.
Tidak kusangka secepat ini aku akan segera
mutasi lagi…Dalam hati aku mulai menebak-nebak kira-kira mau ditempatkan
dimana lagi ya?...
Jujur saja sebenarnya ada rasa senang bercampur sedih dalam
hatiku mendengar kabar ini. Senang karena aku sempat mendengar bahwa lokasi
kantor baru ku nanti jauh lebih dekat dengan tempat tinggalku, itu artinya aku
tidak perlu lagi menempuh perjalanan jauh dan melelahkan seperti sekarang untuk
menuju kantor. Sedih karena jujur saja setelah 7 bulan beradaptasi di kantorku
yang sekarang, aku mulai merasakan suasana kerja dan hubungan personal yang
nyaman dengan teman-teman disini. Dan jika aku pindah lagi tentunya aku juga
harus memulai segala sesuatunya dari awal lagi, belajar lagi memahami karakter
masing-masing orang yang tentunya tidak mudah dan pastinya juga akan ada
tantangan atau kejutan-kejutan baru yang bakal aku terima di tempat yang baru
nanti.
Ah..sudahlah jalani saja..bisikku dalam hati. Sebenarnya hal
ini juga merupakan permohonanku yang
dikabulkan oleh kepala dinas, karena dulu aku memang pernah minta untuk bisa
mutasi ke kantor yang lebih dekat dengan rumah. Aku memang pernah mengajukan
keluhan bahwa jarak rumah dan kantorku yang sekarang ini cukup jauh sekitar 30
km dan waktu tempuh menuju kantor membutuhkan waktu 45 menit. Sementara aku
juga cukup repot karena setiap pagi masih harus mengurus anakku yang masih 4
tahun dan aku juga tidak punya pembantu. Hasilnya tiap hari rasanya jadi
kemrungsung dan aku jadi sering migrain dan masuk angin..hehehe…Tapi..sungguh
aku tidak menyangka bahwa permohonanku untuk mutasi ini akan dikabulkan secepat
ini.
Akupun segera melanjutkan aktivitasku beribadah dhuhur, lalu
bersiap-siap untuk mengambil undangan dan menghadiri pelantikan yang sangat mendadak
ini. Dalam doaku tak lupa kupanjatkan syukur kepada Allah..”Terimakasih ya
Allah..Kau kabulkan permohonanku..walaupun sebenarnya aku juga tidak menyangka
akan secepat ini”.
Jam 13.30 setelah melalui perjalanan yang cukup tergesa-gesa
dan nafas yang masih ngos-ngosan akhirnya berhasil juga aku sampai ke gedung
Pemda. Disana suasananya sudah ramai dan orang - orang juga sudah mulai bersiap
untuk mengikuti gladi bersih pelantikan. Ini adalah ketiga kalinya aku mengikuti
pelantikan. Pengalaman 1 kali promosi dan 2 kali mutasi.
Acara demi acarapun dengan lancar dilalui. Disesi terakhir
sebelum kami berjabat tangan dengan ibu bupati, lagu padamu negeripun
dinyanyikan. Entahlah aku selalu merasa terharu setiap kali menyanyi kan lagu
ini dan sampai pada bait “Padamu Negri..Jiwa Raga Kami..”
Ini adalah awal baru bagiku…awal untuk menjalani tugas di
tempat yang baru…awal untuk memulai sesuatu yang harus harus lebih baik dari
kemarin..awal untuk menjalin pertemanan dan persaudaraan dengan teman-teman
baru…dan semoga kehadiranku nanti bisa diterima dengan baik di tempat yang baru
serta aku juga bisa memberikan kontribusi yang lebih baik lagi nantinya..hehehe..idealis
banget ya gayanya..
Disatu sisi mutasi ini bagiku juga bukan merupakan akhir
bagi hubungan pertemanan dan persaudaraan dengan teman-temanku di kantor lama.
Tapi justru aku berharap silaturahim di antara kami nantinya bisa tetap
terjaga dengan baik selamanya.
Sebuah pelajaran yang aku petik dari mutasi ini bahwa kita
tidak pernah tahu kapan kita akan pindah, kita tidak tahu kapan kita akan
pergi..mirip seperti kematian..kita tidak tahu kapan perpisahan itu akan
datang. Karena segala sesuatunya berjalan dengan tiba-tiba menurut kehendak
yang Kuasa. Intinya dengan kondisi seperti ini, kita harus selalu bisa
menyiapkan diri dengan baik. Tinggalkan kebaikan dimanapun kita berada, karena
kita tentunya tidak ingin kepergian kita masih menyisakan luka dengan sesama
atau meninggalkan kenangan yang buruk bagi orang-orang yang kita tinggalkan.
Parasamya, 13 Februari 2014