Menebar Kebaikan Dengan Membahagiakan Lansia & Anak Yatim
by
Arifah Wulansari
- April 30, 2020
"Jika seorang pemuda menghormati seorang renta karena usianya, maka Allah akan memerintahkan seseorang untuk menghormatinya saat ia beranjak tua.” (Riwayat at-Tirmidzi)
Masa lanjut usia (lansia) sering dianggap oleh masyarakat sebagai masa penurunan dan ketidakberdayaan, karena proses menjadi tua akan menyebabkan terjadinya gangguan kognitif seperti menurunnya daya ingat dan kecerdasan. Kondisi ini tentu tak bisa dihadapi sendirian oleh para lansia. Mereka butuh dukungan sosial serta perhatian dari keluarga dan masyarakat agar dapat menjalani kehidupan yang tetap produktif dan bahagia di usia senja. Hal inilah yang mendorong sosok wanita bernama drg. Prasasti Bintarum untuk mendirikan Sekolah Lansia Salimah (Salsa) disela kesibukannya sebagai dokter gigi.
Kiprah Salsa tidak main - main. Saat ini jumlah siswa lansia di Salsa sudah mencapai 1.500 orang. Cabangnya juga sudah tersebar di berbagai dusun di Kabupaten Bantul. Di sekolah ini para lansia diajak untuk melakukan berbagai macam kegiatan positif seperti doa dan ibadah bersama, sharing ilmu dan materi terkait kesehatan lansia, senam lansia, pemeriksaaan kesehatan, berbagai macam kegiatan lomba lansia, pelatihan membuat ecobrick serta yang paling dinantikan oleh para lansia adalah wisuda lansia.
Kegiatan wisuda lansia ini tergolong unik, karena para simbah diajak untuk mengikuti prosesi wisuda dengan menggunakan toga layaknya para mahasiswa yang telah berhasil menyelesaikan kuliah. Wisuda ini diperuntukkan bagi lansia yang sudah menjalani sekolah lansia selama 1 tahun. Wisuda sekolah lansia angkatan pertama berhasil digelar pada bulan Desember 2019 lalu. Jumlah peserta wisuda strata 1 sebanyak 242 lansia dengan peserta wisuda tertua berusia 104 tahun bernama mbah Mijem. Kegiatan ini tentu memberikan pengalaman membahagiakan bagi para lansia, apalagi kebanyakan dari mereka ada yang belum pernah merasakan yang namanya diwisuda.
Para simbah yang mengikuti sekolah lansia di Salsa juga dimotivasi untuk peduli lingkungan yaitu dengan cara diajarkan memilah sampah kemudian membuat kerajian ecobrick dari sampah plastik yang sudah dipilah. Kegiatan ini selain bermanfaat untuk meminimalisir sampah plastik juga berguna untuk melatih motorik serta terapi kepikunan bagi para lansia.
Drg. Prasasti Bintarum atau biasa dipanggil bu Sasti selaku direktur Salsa sangat berdedikasi dalam mengelola sekolah lansia ini karena ia memang selalu merasa terpanggil untuk menebar kebaikan serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Para lansia yang mengikuti kegiatan di Salsa juga tidak dikenakan biaya sama sekali atau gratis.
Lansia merupakan kelompok usia yang rentan baik terhadap penyakit, kemiskinan dan kondisi terlantar. Menurut data nasional, dikatakan bahwa tingkat kemiskinan penduduk lansia secara persentase tercatat lebih tinggi dibanding tingkat kemiskinan nasional. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketrampilan, tidak adanya jaminan pensiun yang cukup serta kurangnya dukungan dari keluarga. Sehingga kaum lansia memang sangat butuh dukungan dari berbagai pihak supaya mereka bisa menikmati masa tua dengan kondisi kehidupan yang layak. Bu Sasti adalah salah satu sosok inspiratif yang terpanggil untuk menebar kebaikan dengan memberdayakan para lansia melalui sekolah lansia yang dimotorinya.
Sayangnya saat ini kegiatan sekolah lansia terpaksa harus dihentikan untuk sementara waktu karena adanya pandemi covid 19. Demi kebaikan para lansia, kini Salsa memang vakum dalam berkegiatan. Namun bukan bu Sasti namanya, jika ditengah pandemi seperti ini tidak mencoba berbuat sesuatu. Meskipun kegiatan Salsa vakum, bu Sasti masih tetap aktif menjalankan tugasnya sebagai tenaga medis di puskesmas setiap harinya. Sebagai tenaga medis memang tidak ada istilah work from home dimasa pandemi seperti sekarang. Disela kesibukannya bekerja sebagai tenaga medis, bu Sasti tak lupa menggalang dana untuk berbagi sembako khususnya bagi anak yatim dhuafa yang terdampak ekonomi akibat wabah ini.
Selain sangat peduli lansia, bu Sasti juga sangat peduli dengan anak yatim. Wujud nyata dari kepeduliannya ini adalah dengan mendirikan Rumah Yatim & Dhua'fa Al Ma'ruf. Kiprahnya dalam mendirikan Rumah Yatim dan Dhuafa berawal dari kejadian gempa bumi tahun 2006 yang telah meluluhlantakkan Bantul 14 tahun silam. Saat itu banyak tetangga bu Sasti yang kehilangan rumah dan anggota keluarga. Bu Sasti sendiri cukup beruntung karena rumahnya tidak hancur oleh gempa dan seluruh anggota keluarga juga selamat dari musibah itu. Melihat penderitaan warga sekitar, bu Sasti tergerak untuk membantu para korban gempa dengan cara memberikan bantuan medis serta logistik yang dibutuhkan warga.
Perlahan-lahan warga Bantul mulai bangkit, namun ternyata bencana ini menyisakan anak-anak yang jadi tak bisa melanjutkan sekolah karena kehilangan ayah atau ibu. Kondisi ini membuat bu Sasti tergerak untuk membantu anak-anak yatim piatu agar mereka tetap dapat melanjutkan sekolahnya sampai dengan perguruan tinggi yaitu dengan mendirikan Rumah Yatim & Dhua'fa Al Ma'ruf yang beralamat di Dukuh RT 15 Pendowoharjo, Sewon, Bantul DIY.
Berbagai macam kegiatan di sekolah lansia Salsa. Foto : Fb Prasasti Bintarum |
Wisuda lansia Angkatan Pertama, Bahagianya para simbah memakai toga saat wisuda. Foto : Fb Prasasti Bintarum |
Drg. Prasasti Bintarum atau biasa dipanggil bu Sasti selaku direktur Salsa sangat berdedikasi dalam mengelola sekolah lansia ini karena ia memang selalu merasa terpanggil untuk menebar kebaikan serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Para lansia yang mengikuti kegiatan di Salsa juga tidak dikenakan biaya sama sekali atau gratis.
Lansia merupakan kelompok usia yang rentan baik terhadap penyakit, kemiskinan dan kondisi terlantar. Menurut data nasional, dikatakan bahwa tingkat kemiskinan penduduk lansia secara persentase tercatat lebih tinggi dibanding tingkat kemiskinan nasional. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketrampilan, tidak adanya jaminan pensiun yang cukup serta kurangnya dukungan dari keluarga. Sehingga kaum lansia memang sangat butuh dukungan dari berbagai pihak supaya mereka bisa menikmati masa tua dengan kondisi kehidupan yang layak. Bu Sasti adalah salah satu sosok inspiratif yang terpanggil untuk menebar kebaikan dengan memberdayakan para lansia melalui sekolah lansia yang dimotorinya.
Sayangnya saat ini kegiatan sekolah lansia terpaksa harus dihentikan untuk sementara waktu karena adanya pandemi covid 19. Demi kebaikan para lansia, kini Salsa memang vakum dalam berkegiatan. Namun bukan bu Sasti namanya, jika ditengah pandemi seperti ini tidak mencoba berbuat sesuatu. Meskipun kegiatan Salsa vakum, bu Sasti masih tetap aktif menjalankan tugasnya sebagai tenaga medis di puskesmas setiap harinya. Sebagai tenaga medis memang tidak ada istilah work from home dimasa pandemi seperti sekarang. Disela kesibukannya bekerja sebagai tenaga medis, bu Sasti tak lupa menggalang dana untuk berbagi sembako khususnya bagi anak yatim dhuafa yang terdampak ekonomi akibat wabah ini.
Berbagi sembako di tengah pandemi Covid 19. Foto : Fb Prasasti Bintarum |
"Orang yang menyayangi & menyantuni anak yatim akan sangat dekat di akhirat dengan Rasulullah seperti 2 jari yang berdampingan"
Perlahan-lahan warga Bantul mulai bangkit, namun ternyata bencana ini menyisakan anak-anak yang jadi tak bisa melanjutkan sekolah karena kehilangan ayah atau ibu. Kondisi ini membuat bu Sasti tergerak untuk membantu anak-anak yatim piatu agar mereka tetap dapat melanjutkan sekolahnya sampai dengan perguruan tinggi yaitu dengan mendirikan Rumah Yatim & Dhua'fa Al Ma'ruf yang beralamat di Dukuh RT 15 Pendowoharjo, Sewon, Bantul DIY.
Rumah Yatim & Dhua'fa Al Ma'ruf bukan merupakan panti asuhan. Namun semacam rumah binaan yang kegiatan utamanya adalah memberikan pendampingan serta dukungan berupa beasiswa bagi anak yatim agar bisa tetap bersekolah dengan ditambah kegiatan pesantren seperti baca tulis Al-Qur'an, belajar fiqih islam hingga tahfidz Al-Qur'an. Dalam kesehariannya anak-anak binaan ini tidak menginap di pesantren, mereka hanya datang pada sore hingga malam hari untuk belajar kemudian pulang lagi ke rumah masing-masing. Pada kesempatan tersebut mereka juga bisa sharing jika ada kesulitan biaya atau masalah lainnya sehingga dapat diupayakan solusinya oleh Rumah Yatim & Dhua'fa Al Ma'ruf.
Lantaran kesibukannya bekerja sebagai dokter gigi, bu Sasti memang tidak bisa hadir setiap saat untuk mendampingi anak-anak yatim yang datang berkunjung ke rumah yatim sehingga ia menggaji 6 orang tenaga untuk membantu kegiatan pendampingan. Sesekali bu Sasti akan hadir menyapa para anak yatim untuk memberikan motivasi pada waktu-waktu tertentu.
Bu Sasti dan suaminya sama-sama berprofesi sebagai ASN. Bu Sasti sendiri merupakan dokter gigi yang bekerja di salah satu puskesmas di Kabupaten Bantul. Selain praktek dokter gigi di puskesmas, ia juga menjalankan praktek dokter gigi di rumah sakit swasta pada sore hari. Untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga, bu Sasti sudah merasa cukup dengan gaji yang didapatkan dari profesi sebagai ASN. Sehingga gaji yang diperoleh dari praktek dokter gigi di rumah sakit swasta, semuanya diwakafkan untuk keperluan pendampingan anak yatim di Rumah Yatim & Dhua'fa Al Ma'ruf.
Bu Sasti, sosok dokter gigi yang baik hati dan murah hati kepada siapapun. Foto : Fb Prasasti Bintarum |
Menurut penuturan bu Sasti memang ada saja donatur yang berdonasi memberikan bantuan bagi para anak yatim binaannya. Namun bu Sasti berprinsip untuk tidak terlalu bergantung pada donatur, sehingga ia rela mewakafkan gaji prakteknya di rumah sakit swasta sebagai sumber utama operasional Rumah Yatim. Bu Sasti tidak merasa takut kekurangan harta, karena dengan niat berbagi kebaikan karena Allah sudah mampu membuat hati selalu merasa cukup atas rezeki yang Allah berikan.
Bagi saya bu Sasti memang sosok teman yang luar biasa. Sejak mengenal bu Sasti beberapa tahun lalu saya mendapatkan banyak inspirasi tentang semangat berbuat baik kepada sesama yang tak pernah padam. Kiprah bu Sasti dalam menebar kebaikan ini juga sempat diliput oleh media Brilio yang tayang di youtube beberapa waktu lalu, berikut link videonya :
Menebar kebaikan, saya akui memang dapat menghadirkan perasaan bahagia dan tentram di dalam hati. Selain itu keberkahan juga akan selalu dilimpahkan Allah bagi hamba-hambanya yang gemar menebar kebaikan. Keberkahan itu tidak melulu terkait dengan hal yang berhubungan dengan materi, namun berupa ketenangan hati, kesehatan badan, keluarga yang sakinah serta anak-anak yang salih/saliha juga merupakan berkah tak ternilai yang dapat kita rasakan dari kebiasaan menebar kebaikan bagi sesama.
Pengalaman Pribadi Keajaiban Berbagi
Berkaca dari semangat menebar kebaikan dari bu Sasti, sayapun juga memiliki beberapa pengalaman nyata tentang berkah serta keajaiban berbagi yang pernah saya alami sendiri. Cerita ini saya tulis bukan untuk menyombongkan diri, namun untuk berbagi inspirasi bahwa berbagi tidak pernah membuat kita rugi.
Suatu saat saya pernah menghadiri kegiatan pengajian dan penggalangan dana yang diperuntukkan bagi saudara-saudara kita yang berada di Gaza, Palestina. Kemudian di akhir acara ada semacam lelang donasi. Hati saya tergerak untuk memberanikan diri berdonasi sebesar 2,5 juta rupiah meskipun kondisi saya saat itu sedang tidak memiliki dana sebesar itu. Saya berani menandatangani kesanggupan donasi karena info dari panitia, pembayaran donasinya tidak harus dilakukan pada saat itu juga. Jika belum sanggup memberikan donasi secara cash, maka pemberiannya bisa dicicil melalui transfer ke nomor rekening panitia yaitu dengan menyerahkan donasi sebesar 500.000 x 5 kali.
Sumber ilustrasi : republika.co.id |
Namun ternyata keajaiban terjadi. Tak lama setelah saya menandatangani kesanggupan donasi sebesar 2,5 juta, Allah memberikan rejeki tak terduga kepada saya sebesar 8 juta. Tiba-tiba saja saya dihubungi oleh bendahara di kantor. Dikatakan bahwa ada honor saya selama setahun yang baru saja bisa dicairkan. Honor tersebut diberikan karena saya sudah melakukan kegiatan pendampingan selama satu tahun yang tadinya saya kira tidak ada bayarannya. Rejeki tak terduga ini akhirnya bisa memampukan saya untuk memberikan donasi secara cash, bahkan melebihkannya. Pengalaman itulah yang membuat saya hingga kini tak ragu lagi untuk memberikan donasi secara rutin setiap bulan. Saya yakin bahwa jika sudah diniatkan dalam hati untuk berdonasi pasti Allah akan memampukan kita.
Apalagi di masa pandemi covid 19 seperti saat ini, dimana pintu-pintu untuk menebar kebaikan dibuka semakin lebar. Meskipun kita semua diwajibkan untuk lebih banyak berdiam diri di rumah, namun hal ini tidak mengurangi kesempatan kita untuk terus melakukan kebaikan berbagi kepada sesama. Dengan kemajuan teknologi, saat ini kita bisa menyalurkan donasi kapan saja dan dari mana saja.
Salah satunya melalui lembaga filantropi Dompet Dhuafa. Sejak tahun 1993 hingga kini Dompet Dhuafa masih terus aktif dalam menebar kebaikan ke penjuru negeri untuk menyalurkan zakat serta donasi dari masyarakat yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan pemberdayaan kaum dhuafa.
Donasi melalui dompet dhuafa dapat dilakukan secara online melalui portal donasi.dompetdhuafa.org. Melalui portal ini kita dapat memilih jenis donasi seperti zakat, infak, wakaf dan sebagainya. Di kategori zakat juga tersedia pilihan khusus seperti zakat maal, zakat fitrah, zakat penghasilan serta fidyah. Setelah data terisi lengkap maka pembayaran donasi dapat dilakukan melalui transfer bank maupun online payment. Hal ini sangat memudahkan masyarakat yang ingin menyalurkan donasinya dengan cara yang praktis tanpa harus keluar rumah.
Membayar zakat merupakan rukun islam keempat yang wajib ditunaikan oleh semua umat muslim untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerima. Zakat bermanfaat dalam memperpendek jurang antara si kaya dan si miskin, membersihkan harta serta menjadikan hati lebih tenang dan tentram. Zakat merupakan satu-satunya amalan yang dapat memberikan manfaat sosial secara luas dan berdampak langsung bagi masyarakat sehingga dapat membawa kebaikan baik bagi pemberi zakat maupun penerima zakat. Apabila kita masih mengalami kebingungan dalam menghitung zakat, maka dompet dhuafa juga menyediakan kalkulator zakat yang dapat diakses pada portal donasi online. Dengan memanfaatkan layanan ini kita dapat menghitung berapa zakat yang wajib kita keluarkan demi membersihkan harta yang kita miliki.
Menebar kebaikan dapat dilakukan oleh siapa saja. Semua tergantung pada niat dan ketulusan hati masing-masing. Dengan berbagi maka kita dapat memberikan kebahagiaan serta manfaat bagi kehidupan orang lain. Berbagi tak harus selalu dalam bentuk uang. Ada banyak hal yang bisa kita bagikan kepada orang lain seperti berbagi makanan, barang hingga ilmu. Meskipun terlihat kecil, namun hal tersebut akan memberikan arti yang sangat besar bagi penerimanya. Dan tentunya akan membawa keberkahan bagi kita jika benar-benar dilakukan dengan ikhlas dan sepenuh hati.
Saya teringat dengan sebuah kisah tentang kebaikan berbagi yang dilakukan oleh Fatimah Az Zahra putri Rasulullah. Suatu hari datang seorang tua dengan pakaian compang camping dan kelaparan menghampiri Fatimah. Namun saat itu Fatimah hanya memiliki sebuah kalung yang merupakan satu-satunya harta berharga yang dimilikinya. Lalu Fatimah memberikan kalung tersebut kepada orang tua yang kelaparan. Si orang tua ini menjual kalung tersebut kepada Amar bin Yasir, hingga kemudian ia merasa kaya karena pemberian itu. Dan si orang tua ini berdoa untuk Fatimah, "Ya Allah berilah Fatimah sesuatu yang tidak pernah dilihat dan didengar telinga".
Tak lama kemudian datanglah Saham yang merupakan sahaya dari Amar bin Yasir. Saham datang kepada Fatimah karena diutus oleh Amar bin Yasir untuk menyerahkan kalung sekaligus dirinya. Fatimah pun kemudian memerdekakan Saham dari kedudukannya sebagai hamba sahaya. Kemudian Saham yang sangat bahagia dengan kebebasan yang diterimanya berkata, "Betapa berkahnya seuntai kalung milik Fatimah. Ia telah mengenyangkan perut yang lapar, memberi pakaian yang layak bagi orang miskin, membuat orang miskin menjadi kaya dan kini kalung itu memerdekakan budak".
Seuntai kalung berharga yang dilepaskan Fatimah laksana simbol pelepasan egoisme, kesabaran berbalut takwa, serta keyakinan bahwa suatu kebaikan yang memancar dari dirinya akan menyebar menjadi bunga semerbak yang mewangi yang akan kembali lagi pada dirinya dengan kebaikan yang tiada tara bahkan menjadi kebaikan yang berlipat.
Kisah tersebut semakin menginspirasi saya bahwa sesungguhnya harta yang akan kekal menjadi milik kita adalah harta yang kita sedekahkan untuk berbagi dengan sesama. Dalam berbagi, tak perlu kita berpikir kalkulatif atau matematis. Dalam menebar kebaikan maka lakukan saja hal yang kita ketahui dan bisa kita lakukan, misalnya yang paling mudah adalah niat yang kuat untuk berbuat baik terlebih dulu dan segera lakukan sesuai dengan kemampuan. Maka selanjutnya Allah akan membantu melakukan apa yang tidak kita ketahui, yaitu dengan cara-cara ajaib yang tak pernah bisa kita duga.
Saya dan Bu Sasti, sosok teman yang menginspirasi saya dalam menebar kebaikan |
Sumber gambar : dompetdhufa.org |
Donasi melalui dompet dhuafa dapat dilakukan secara online melalui portal donasi.dompetdhuafa.org. Melalui portal ini kita dapat memilih jenis donasi seperti zakat, infak, wakaf dan sebagainya. Di kategori zakat juga tersedia pilihan khusus seperti zakat maal, zakat fitrah, zakat penghasilan serta fidyah. Setelah data terisi lengkap maka pembayaran donasi dapat dilakukan melalui transfer bank maupun online payment. Hal ini sangat memudahkan masyarakat yang ingin menyalurkan donasinya dengan cara yang praktis tanpa harus keluar rumah.
Tampilan portal donasi dompet dhuafa. Sumber gambar : dompetdhuafa.org |
Layanan Kalkulator Zakat Dompet Dhuafa. Sumber gambar : dompetdhuafa.org |
Saya teringat dengan sebuah kisah tentang kebaikan berbagi yang dilakukan oleh Fatimah Az Zahra putri Rasulullah. Suatu hari datang seorang tua dengan pakaian compang camping dan kelaparan menghampiri Fatimah. Namun saat itu Fatimah hanya memiliki sebuah kalung yang merupakan satu-satunya harta berharga yang dimilikinya. Lalu Fatimah memberikan kalung tersebut kepada orang tua yang kelaparan. Si orang tua ini menjual kalung tersebut kepada Amar bin Yasir, hingga kemudian ia merasa kaya karena pemberian itu. Dan si orang tua ini berdoa untuk Fatimah, "Ya Allah berilah Fatimah sesuatu yang tidak pernah dilihat dan didengar telinga".
Tak lama kemudian datanglah Saham yang merupakan sahaya dari Amar bin Yasir. Saham datang kepada Fatimah karena diutus oleh Amar bin Yasir untuk menyerahkan kalung sekaligus dirinya. Fatimah pun kemudian memerdekakan Saham dari kedudukannya sebagai hamba sahaya. Kemudian Saham yang sangat bahagia dengan kebebasan yang diterimanya berkata, "Betapa berkahnya seuntai kalung milik Fatimah. Ia telah mengenyangkan perut yang lapar, memberi pakaian yang layak bagi orang miskin, membuat orang miskin menjadi kaya dan kini kalung itu memerdekakan budak".
Sumber ilustrasi : Pixabay.com |
Kisah tersebut semakin menginspirasi saya bahwa sesungguhnya harta yang akan kekal menjadi milik kita adalah harta yang kita sedekahkan untuk berbagi dengan sesama. Dalam berbagi, tak perlu kita berpikir kalkulatif atau matematis. Dalam menebar kebaikan maka lakukan saja hal yang kita ketahui dan bisa kita lakukan, misalnya yang paling mudah adalah niat yang kuat untuk berbuat baik terlebih dulu dan segera lakukan sesuai dengan kemampuan. Maka selanjutnya Allah akan membantu melakukan apa yang tidak kita ketahui, yaitu dengan cara-cara ajaib yang tak pernah bisa kita duga.
"Lakukan apa yang engkau ketahui dan biarkan Allah melakukan apa yang tak engkau ketahui"
Sama seperti semangat menebar kebaikan dengan membahagiakan lansia & anak yatim yang sudah dilakukan oleh bu Sasti. Semua hanya diawali dengan sebuah niat tulus untuk dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, kemudian Allah beri kemudahan serta mewujudkan niat tersebut sehingga mampu menginspirasi banyak orang.
*) Foto - foto yang diambil dari Facebook Prasasti Bintarum telah mendapatkan ijin dari yang bersangkutan untuk ditayangkan di blog ini
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”