Diare dan Kasih Sayang Bunda
by
Arifah Wulansari
- March 31, 2018
Sore itu saat saya menjemput Tayo pulang sekolah, saya mendapatinya sedang menunggu saya dengan raut wajah pucat. Melihat saya datang Tayo langsung buru-buru mengajak saya pulang. "Ayo ma..cepetan kita pulang perutku sakit", kata Tayo sambil meringis. " Tayo mau buang air? Kalau sudah nggak tahan, buang air di sekolah saja. Mama tungguin", jawab saya. Tapi Tayo tidak mau, katanya dia mau langsung pulang saja. Wajahnya tampak semakin pucat dan membuat saya mulai khawatir. " Kalau Tayo memang sudah nggak tahan banget, buang air sekarang saja di sekolah. Kalau nanti di perjalanan pulang semakin nggak tahan malah jadi bingung deh mau buang air dimana", kata saya kembali membujuk.
Akhirnya sambil berlari saya mengantar Tayo menuju toilet sekolah untuk buang air. Dan ternyata Tayo diare, bahkan celana dalamnya sudah terkena kotoran karena saking tidak tahannya menahan sakit perut. Tayo meminta saya untuk menemaninya masuk ke dalam toilet. Dia tampak cemas dan malu. "Nggak apa-apa mas Tayo, nggak usah bingung. Nanti mama bantu bersihkan", kata saya menenangkan. " Tapi gimana ini ma, celanaku kotor. Aku malu sama teman-teman", ucap Tayo mulai curhat.
Sebagai ibu, tentu saja saya langsung merasa iba melihat Tayo. Ingatan saya melayang pada sebuah kejadian yang pernah saya lihat beberapa waktu lalu. Saya melihat seorang ibu memarahi anak lelakinya yang masih seusia Tayo di depan umum hanya gara-gara anaknya tersebut tidak bisa menahan buang air dan akhirnya buang air di celana. Saat anaknya panik karena merasa tidak bisa menahan buang air, si ibu ini malah marah dan membentak-bentak anaknya di depan umum hingga anaknya merasa semakin malu dan akhirnya menangis. Jika ingat kejadian itu saya malah jadi ingin ikut menangis karena merasa iba.
Makanya ketika hal semacam itu terjadi pada anak saya seperti sekarang, saya nggak ingin membuat Tayo jadi merasa semakin malu. Lalu saya katakan padanya bahwa semua akan baik-baik saja, ada mama yang akan membantu. Saya segera menyuruh Tayo untuk melepas celana dalamnya yang terkena kotoran untuk saya bersihkan menggunakan air. Namun Tayo malah kembali bingung, " Aku pakai celana apa ma pulangnya?"tanya Tayo kepada saya. "Tayo langsung pakai celana panjang saja, nggak usah pakai celana dalam. Itu celana panjangnya masih bersih. Tenang saja, temanmu nggak ada yang tau", jawab saya memberi solusi. "Trus celanaku yang kotor itu gimana ma?" tanya Tayo masih bingung. "Di dalam tas mama ada plastik. Kita masukin ke plastik saja nanti dicuci lagi di rumah", jawab saya. " Gimana perutnya? masih sakit apa sudah lega?" tanya saya. " Sudah lega ma..tapi masih sedikit mulas. Pulang sekarang saja ya ma..aku pengen cepet sampai di rumah", jawab Tayo.
Kemudian kami berdua segera keluar dari dalam toilet dan berjalan menuju ke tempat parkir. Saat melewati halaman sekolah, Tayo sempat bertemu dengan beberapa temannya yang menyapa. Tayo tampak salah tingkah dan kurang percaya diri. Lalu sambil berbisik saya ingatkan dia, "Ssst..santai saja, temanmu nggak ada yang tau". Kemudian Tayo tersenyum dan mau menyapa teman-temannya. "Aku pulang dulu ya..sampai ketemu lagi besok", teriak Tayo kepada teman-temannya. Saat perjalanan pulang dengan mengendarai sepeda motor, Tayo memeluk pinggang saya dengan erat dari belakang. " Terimakasih ya ma", kata Tayo sambil menyandarkan kepalanya di punggung saya. Saat itulah saya merasa sedang menjadi ibu yang paling baik di dunia.
Saat seseorang terkena diare memang rasanya sangat menganggu aktivitas. Perut yang terasa mulas, frekuensi buang air besar dengan tekstur encer yang berlangsung lebih dari 3 kali dalam sehari merupakan gejala diare yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Apalagi jika hal ini terjadi pada anak-anak. Kondisi ini bisa memicu terjadinya dehidrasi bahkan berakibat fatal jika penanganannya sampai terlambat. Diare sendiri bisa terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal. Selain karena infeksi virus atau bakteri, diare juga bisa terjadi karena disebabkan oleh kondisi tertentu misal karena alergi makanan.
Ketika anak diare, biasanya mereka akan merasa tidak nyaman dan cenderung rewel. Disitulah kesabaran orang tua juga diuji. Saat anak saya diare seperti yang pernah dialami Tayo maka yang saya lakukan adalah mengamati kondisinya serta memberikan pertolongan pertama untuk meringankan gejala yang dialami. Pengamatan ini penting karena dari sini saya bisa mengukur apakah anak perlu untuk dibawa ke dokter atau cukup diberikan terapi di rumah saja.
Adapun gejala diare yang perlu segera ditindaklanjuti dengan dibawa ke dokter adalah jika anak menunjukkan tanda-tanda diare disertai dehidrasi seperti : bibir kering, mata cekung, badan lemas, merasa kehausan, demam, dan diare disertai muntah. Cara atasi diare dengan tepat dan benar adalah dengan memperbanyak asupan cairan seperti pemberian oralit. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Pemberian asupan nutrisi yang baik seperti pemberian Zinc atau probiotik juga bisa dilakukan untuk menyehatkan saluran cerna dan melawan virus atau bakteri penyebab diare. Selain itu bisa juga diberikan pertolongan dengan menggunakan obat tradisional seperti memberikan teh daun jambu biji. Pengobatan tradisional ini saya dapatkan secara turun temurun dari orang tua. Pemberian teh daun jambu biji memang bisa membantu mengurangi frekuensi buang air besar dan membantu memadatkan tinja. Menurut penelitian, ekstrak daun jambu biji dapat menghambat pertumbuhan bakteri staphylococus aereus sebagai penyebab umum diare.
Entrostop anak Herbal untuk membantu mengurangi keluhan diare |
Beberapa waktu lalu saat Tayo diare, selain memberikan oralit saya juga berikan Entrostop Anak Herbal yang mengandung ekstrak daun jambu, teh dan jahe. Pemberian obat herbal ini relatif aman karena komposisinya terbuat dari bahan alami. Keluhan perut mulas, kembung, melilit yang dialami Tayo jadi lebih cepat reda. Termasuk frekuensi buang air besarnya juga berkurang. Saat keluhan diare menghilang, Tayo jadi bisa kembali beraktivitas dengan nyaman.
Diare hilang, Tayo bisa kembali beraktivitas dengan nyaman |
Memberikan obat diare untuk anak yang terkena diare memang tidak boleh sembarangan. Terutama jika diare terjadi pada anak-anak yang masih berusia balita. Yang paling disarankan adalah tetap memberikan asupan cairan serta suplai nutrisi. Jika kondisi diare semakin hebat dan berlangsung lebih dari 3 hari, sebaiknya segera kunjungi dokter. Namun jika usianya sudah lebih besar (diatas 6 tahun) seperti Tayo, tidak masalah memberikan entrostop herbal. Apabila sudah diberikan entrostop herbal dan kondisi diare tidak juga membaik, konsultasi ke dokter adalah pilihan yang terbaik. Ngomong-ngomong kenapa sih, kok tidak boleh sembarangan memberikan obat kepada penderita diare? menurut info yang pernah saya baca, pemakaian obat diare yang tidak benar justru dapat mengganggu keseimbangan bakteri normal pada usus.
Diare yang dialami Tayo beberapa waktu lalu, jadi mengingatkan saya untuk lebih meningkatkan perhatian. Selama ini anak-anak saya termasuk jarang terkena diare karena saya selalu berupaya menjaga kebersihan lingkungan rumah termasuk makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Namun sejak Tayo punya adik, saya akui terkadang saya lupa tidak memeriksa kebersihan hygine pribadinya seperti kebersihan kuku. Yaa..begitulah nasib anak pertama, jika sudah punya adik. Perhatian saya memang jadi lebih banyak tercurah untuk adiknya. Namun bukan berarti kasih sayang saya untuk Tayo jadi berkurang. Kasih sayang saya untuk kedua anak saya tetap sama besarnya.
Diare adalah penyakit yang mudah menular dan gampang menyebar terutama saat kondisi cuaca tidak menentu seperti saat ini. Anak yang terkena diare walaupun tampak ringan tetap tak boleh disepelekan. Apalagi dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertambah kepintarannya. Menjalankan tata laksana diare yang benar saat anak diare, merupakan salah satu wujud kasih sayang hakiki yang saya berikan untuk anak saya.