Pengalaman Khitan Anak Metode Flash Cutter
by
Arifah Wulansari
- January 20, 2018
Saya nggak pernah menyangka kalau anak saya Tayo bakal minta disunat secepat ini. Saya pikir dia baru akan minta sunat nanti saat sudah kelas 3, 4 atau 5 SD. Sebab tradisi di keluarga saya itu yang cowok rata-rata baru minta sunat di umur segitu.
Berawal dari obrolan tentang rencana liburan kenaikan kelas 2 SD, tiba-tiba Tayo bilang kalau dia pengen sunat. Saya sih awalnya cuma nganggap dia bercanda. Apa bener Tayo sudah berani disunat? Dia bilang berani kok, upin-ipin aja berani disunat. Katanya sunat nggak sakit. Ternyata dia dikomporin sama upin-ipin makanya jadi kepengen sunat. Lalu saya jelaskan kalau sunat itu tetap saja ada rasa sakitnya sedikit. Eh...pas saya bilang gitu, saya malah ditegur sama suami saya. Katanya kalau anak udah berani minta sunat harus didukung, jangan malah ditakut-takuti dengan rasa sakit. Padahal niat saya mau ngasih gambaran yang sebenarnya biar Tayo benar-benar paham gimana itu sunat.
Akhirnya karena suami saya juga sudah mendukung penuh keinginan Tayo untuk sunat maka dia langsung survei tempat sunat untuk Tayo. Dan pilihan jatuh ke Rumah Sunat Pakualaman. Lokasinya memang nggak begitu jauh dari rumah kami. Info dari suami, petugas disini sudah berpengalaman, ramah anak dan luka sunatnya juga relatif lebih cepat sembuh. Pas saya baca brosurnya ada berbagai macam testimoni dari pelanggan yang bilang kalau memang bisa cepet sembuh. Ya sudahlah saya setuju. Inikan urusan para lelaki. Kalo Tayo sama papanya udah sama-sama kompak dan semangat maka saya tinggal merestui saja.
Hari minggu tanggal 18 Juni 2017 dipilih sebagai hari eksekusi..eh..maksudnya hari untuk Tayo disunat. Milih hari minggu dengan pertimbangan supaya saya dan suami bisa nganter bareng. Karena kami berdua juga nggak sempat ngurus cuti kerja. Lha mintanya dadakan aja nih anak. Lagian menjelang detik-detik mau cuti lebaran seperti saat itu jelas nggak mungkin juga untuk saya mengambil cuti tahunan. Jadi saya dan suami sama sekali nggak ada yang bisa ambil cuti untuk nungguin anak sunat. Untung hari minggu rumah sunatnya tetap buka.
Setelah nitipin Tifa dulu ke rumah eyangnya di Kotagede, berangkatlah kami bertiga ke TKP. Tayo terlihat santai dan tenang-tenang saja selama perjalanan. Dia sempat request, habis sunat pengen mampir makan-makan di BaleAyu karena mumpung dia boleh nggak puasa. Saya iyain aja sih permintaannya walaupun saya tau BaleAyu nya tutup, baru buka nanti pas menjelang buka puasa.
Jam 11.00 an kami sampai di pakualaman. Langsung disambut oleh petugas yang ramah di klinik pakualaman. Nggak pakai antri, Tayo langsung dipanggil untuk masuk ke ruang tindakan. Papanya yang nemenin masuk, saya nunggu di luar. Di dalam ruangan petugasnya cowok semua, jadi saya merasa nggak perlu ikut masuk. Cukup nunggu diluar aja.
Tapi ternyata baru masuk beberapa menit, saya sudah mendengar kehebohan di dalam ruangan. Tayo teriak-teriak manggil-manggil saya. Lha..saya jadi panik. Lalu suami saya keluar dan nyuruh saya ikut masuk. Ternyata pas saya masuk Tayo udah nangis. Sambil berurai air mata dia bilang "Aku mau ditemenin sama mama".
Kekhawatiran saya terbukti juga. Tayo belum bener-bener paham tentang proses sunat. Pas udah di dalam dia disuruh tiduran dan mau disuntik tititnya untuk dibius, Tayo jadi ketakutan. Padahal sebenarnya saya juga udah pernah jelasin ke Tayo kalau ada bagian dari proses sunat yang terasa sakit sedikit, tapi Tayo lebih percaya sama upin-ipin daripada sama saya. Proses membujuk Tayo biar mau disuntik bius ini akhirnya jadi penuh drama. Kami berusaha keras menenangkan Tayo sambil ngajak dia baca sholawat, baca Al-Fatihah dan akhirnya berhasil.
Pas udah selesai disuntik dia masih aja nangis. Trus pak ismu yang jadi juru sunatnya juga langsung keluar ruangan menunggu biusnya bekerja. Tayo pikir proses sunatnya udah selesai karena dia lihat petugasnya udah keluar, trus dia langsung minta pulang. Eh..ini belum selesai kata saya..dan dia jadi mewek lagi. Duh..gini nih kalau anak nggak bener-bener dijelasin tentang proses sunat yang sebenarnya.
Pak ismu kembali masuk ke dalam ruangan. Kali ini pak ismu bilang ke Tayo kalau sunat itu nggak akan terasa sakit. Yang terasa sakit sedikit hanya pada saat proses disuntik saja. Setelah itu sudah nggak sakit lagi. Kemudian pak ismu menyuruh Tayo duduk, "Coba sekarang kamu cubit burungmu sekencang-kencangya terasa sakit apa tidak?". Tayo menuruti perintah pak ismu. Pas dia cubit burungnya mukanya keliatan agak bingung. "Lho..kok enggak terasa apa-apa ya?", kata Tayo. "Gimana sakit enggak?" tanya pak ismu lagi. "Enggak sakit", jawab Tayo. "Ya sudah makanya percaya kalau sunat itu nggak sakit. Sekarang adek tidur saja sambil main game, nggak usah takut lagi" kata pak ismu. Tapi ternyata Tayo nggak mau tidur sambil main game. "Aku mau lihat burungku diapain" gitu katanya sambil masih menatap curiga kepada pak ismu. Hehe..Tayo itu memang tipe anak yang nggak gampang percayaan sama orang lain apalagi kalau soal megang-megang burungnya. Ya bagus sih seperti itu tapi kan jadi menghambat proses sunat.
Kemudian setelah saya beri pengertian, akhirnya Tayo mau juga tidur rebahan dan pak ismu bisa melakukan proses sunat tanpa diawasin sama Tayo. Metode sunat yang digunakan adalah metode flash cutter yaitu sunat dengan menggunakan alat bernama flash cutter, kadang ada yang menyebutnya sebagai metode laser. Padahal ini bukan laser, kalo laser itukan pakai sinar laser ya setau saya. Kalau alat ini sama sekali nggak ada sinarnya.
Proses sunatnya cukup singkat. Sekitar 15 menit udah kelar. Luka bekas sunatnya cuma dibalut pake semacam tisu. Sementara nggak boleh kena air dulu selama 2 hari. Nanti hari ke 3 akan ada home visit untuk bantu Tayo mandi dan kontrol luka sunatnya. Saat mau pulang kami dibawakan obat untuk diminum dan celana sunat biar luka sunatnya nggak kegesek-gesek.
Habis sunat Tayo langsung minta pulang aja, nggak jadi minta jajan ke Bale Ayu. Pas sampai rumah dia juga masih santai-santai aja nggak merasa kesakitan. Saya suruh bedrest, nggak boleh capek-capek dulu. Seharian bedrest Tayo juga enjoy aja, nggak ngeluh sakit juga. Bahkan sampai menjelang mau tidur malem juga masih anteng mainan tab. Katanya sih cuma terasa sakit sedikit. Buat pipis juga nggak ada masalah.
Dan ternyata drama kesakitan baru terjadi saat tengah malam. Pas lagi nyenyak tidur tiba-tiba Tayo nangis-nangis kesakitan. Katanya burungnya terasa panas. Untungnya ada obat penghilang rasa sakit yang dibawain dari rumah sunat. Langsung deh saya minumin ke Tayo. Habis itu saya dan suami gantian jaga malam karena Tayo tidurnya glibak glibuk. Meski udah pake celana sunat tapi kalau gaya tidurnya pindah kesana kemari kayak Tayo saya kuatir luka sunatnya jadi kegesek-gesek.
Singkat cerita setelah 1 minggu perawatan, berangsur-angsur luka sunatnya Tayo mulai mengering. Tapi nggak langsung kering total. Meski begitu Tayo udah minta jalan-jalan ke mall buat beli mainan. Dia memang minta hadiah mainan dan syaratnya harus milih sendiri. Akhirnya saya anterin, walaupun jalannya masih rada ngangkang-ngangkang dan diliatin orang tapi Tayo cuek aja. Oiya..biar bekas luka sunat anak cepat sembuh setelah sunnat dengan metode Flash Cutter, saya melakukan tips sebagai berikut :
- Anak tetap mandi seperti biasa yaitu sehari 2 kali, dan bagian penis tetap dibersihkan pakai sabun tapi jangan dipaksa untuk menyabun pada area yang masih sakit
- Sesudah mandi, anak berendam sebentar dengan menggunakan air hangat yang sudah dicampur dettol
- Setelah mandi, keringkan dengan menggunakan handuk lembut dan kering lalu diberi betadin pada bagian luka sunat yang masih belum kering
- Lakukan secara rutin hingga luka sunat anak benar-benar kering sempurna
- Supaya luka sunatnya tidak bengkak, posisikan penis anak selalu menghadap ke atas (ke arah perut) dengan cara disangga menggunakan tisu yang ditekuk kecil memanjang lalu dilapisi plester pada bagian luar tisu. Tempelkan tisu tersebut pada pangkal penis lalu rekatkan ujung plester kanan kiri di kulit (penis anak jangan sampai kena plester)
Hadiahnya minta beli lego |
Dan endingnya sekarang setelah lebih dari 1/2 tahun berlalu sejak Tayo sunat, memang beneran terbukti apa yang dikatakan suami saya. Seiring berjalannya waktu dan proses pertumbuhan memang bentuknya lama-lama jadi bagus kok...nggak aneh lagi kayak pas barusan sembuh. So..bapak-bapak dan ibuk-ibuk kalau anak lelaki anda minta sunat, sebaiknya memang harus dijelaskan secara detail tentang prosesnya. Kalau memang sakit bilang saja sakit supaya anak lebih siap secara mental. Mau metode apa yang dipilih, itu sih tergantung kemantapan hati orang tua masing-masing.