Selfie Story : An Ordinary Mom with Ordinary Son
by
Arifah Wulansari
- April 03, 2015
Ini foto selfie saya bersama Tayo anak semata wayang saya yang saat ini umurnya sudah 5 tahun. Bisa selfie sama Tayo seperti ini merupakan momen yang sangat membahagiakan buat saya. Rasa bahagia, bangga, takjub bercampur jadi satu dalam hati saya tiap kali melihat foto kami berdua ini. Begitu miripnya Tayo dengan saya ya..hehehe..:)
Memiliki Tayo dalam hidup saya merupakan mimpi indah yang jadi kenyataan. Sejak belum menikah saya sudah bermimpi ingin punya anak lelaki. Setelah menikah alhamdulilah Allah juga memberikan kemudahan kepada saya untuk segera hamil dan melahirkan dengan sehat dan normal. Namun ternyata perjuangan membesarkan Tayo tidaklah semudah teori yang saya baca dan pelajari sebelumnya.
Membesarkan balita sambil tetap bekerja tanpa memakai jasa asisten rumah tangga itu rasanya cukup berat. Saya pernah beberapa kali membawa Tayo ikut ke kantor saat ia masih umur 2 tahun gara-gara daycarenya libur selama beberapa hari. Pengalaman kami berdua cukup seru kala itu. Sambil ngetik laporan di kantor, saya harus menidurkan Tayo di pangkuan saya dengan menggunakan satu tangan. Tangan kiri saya sampai gempor karena badan Tayo memang cukup berat. Pernah juga saat sedang meeting di kantor, tiba-tiba Tayo mendatangi saya dan mengatakan bahwa dia sudah pup di celana dan saya pun harus segera menghentikan presentasi saya demi membersihkan pupnya. Saat ada audit di kantor dan saya harus mengikuti brifing cukup lama, Tayopun dengan sabar ikut mendengarkan brifing sambil duduk terkantuk-kantuk di pangkuan saya. Kondisi itu cukup membuat atasan saya merasa kasihan sehingga beliau menyuruh saya dan Tayo untuk pulang lebih dulu.
Tiap hari saya yang selalu mengantar jemput Tayo ke daycare saat sebelum dan sesudah jam kantor. Saat musim hujan tiba, kami berdua sering kali harus merasakan dinginnya hujan-hujanan naik motor. Kala itu saya sering merasa kasihan pada Tayo karena ia masih sangat kecil namun harus merasakan susahnya hidup karena kondisi ekonomi kami memang belum cukup mapan. Ada kalanya saya pernah berpikir untuk berhenti bekerja dan total mengurus Tayo di rumah saja. Namun apa daya, kondisinya belum memungkinkan jika saya harus berhenti kerja.
Yang paling berat itu kalau pas Tayo sakit. Saya nggak mungkin menitipkannya ke daycare apalagi mengajaknya ikut serta ke kantor. Satu-satunya jalan saya harus ijin tidak masuk kantor bergantian dengan suami demi menjaga Tayo di rumah. Dulu saat masih tinggal di rumah dinas, jarak rumah saya dengan orangtua dan mertua memang sangat jauh sehingga agak repot juga jika kami mau menitipkan Tayo ke rumah orangtua. Kondisi itu menuntut saya untuk bisa jadi ibu yang smart dan multitasking layaknya smartfren. Saya harus bisa mengatur waktu saya dengan baik, antara tanggungjawab saya sebagai karyawan, sebagai ibu dan juga sebagai seorang istri.
Tak terasa 5 tahun berlalu begitu cepat. Kini kondisinya telah jauh lebih baik. Kami sudah mampu membeli rumah yang lokasinya lebih dekat dengan rumah mertua. Kami juga sudah bisa beli mobil sehingga Tayo nggak perlu lagi merasakan dinginnya hujan-hujanan ke sekolah saat musim hujan tiba. Karir saya dan suamipun berkembang semakin baik. Kami sangat bersyukur atas segala kemudahan yang telah Allah berikan kepada kami saat ini.
Meski begitu, bagi saya bukan itu kebanggaan terbesar saya. Satu-satunya kebanggan terbesar dalam hidup saya adalah bisa berhasil membesarkan Tayo hingga sekarang. Bisa mendampinginya sambil menjalani karir saya tanpa melewatkan setiap moment perkembangan masa emas dalam kehidupannya. Mulai dari senyum pertama, langkah pertama, kata pertama, gigi pertama, ulangtahun pertama, masuk sekolah pertama kali, semuanya terekam indah dalam memori saya hingga sekarang.
Saya
dan Tayo bukanlah pasangan ibu dan anak yang luar biasa, hingga saat
ini kami berdua hanyalah sepasang ibu dan anak biasa saja yang
dikarunia nasib baik oleh Tuhan yang Maha Penyayang.
Perjalanan memulai segalanya dari nol bersama dengan Tayo, telah menjadikan kami tumbuh jadi tim yang kompak. Tayo dan suami saya merupakan smartfren terbaik bagi saya. Meski saat ini saya belum mampu jadi full time mom baginya tapi hubungan kami berdua sangat dekat satu sama lain. Saya berharap saya bisa terus diberi kesehatan dan umur panjang sehingga bisa mendampingi Tayo hingga ia dewasa kelak. Doa saya semoga Tayo tumbuh jadi anak yang baik akhlaknya, cerdas otaknya, sehat jasmani dan rohaninya serta penyayang pada sesama.