Mewujudkan Generasi Melek Literasi Untuk Indonesia Maju
Tahukah kamu bahwa tingkat literasi Indonesia berada pada peringkat 10 terbawah dunia? Data ini diperoleh dari hasil studi Programme for International Student Assessment atau PISA pada Tahun 2022 yang menempatkan Indonesia pada peringkat 70 dari 80 negara dengan skor literasi membaca 359. Adapun peringkat 10 besar teratas diduduki oleh negara Singapura, Irlandia, Jepang, Korea, China Taipei, Estonia, Macao, Kanada, Amerika Serikat dan Selandia Baru.
Menurut saya data tersebut sangatlah memprihatinkan, karena literasi merupakan kemampuan membaca, menulis dan memahami suatu masalah serta kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang yang hidup di dunia ini. Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, namun juga tentang memahami, berpikir kritis dan berkomunikasi. Bayangkan saja bagaimana jika dunia tanpa literasi? Mungkin akan terasa seperti tempat yang gelap tanpa cahaya.
Literasi yang rendah dapat menghambat kemampuan seseorang dalam memperoleh pendidikan yang berkualitas karena kurang memahami materi pelajaran serta perkembangan ilmu pendidikan. Selain itu rendahnya literasi juga dapat merusak kerukunan dan mengancam stabilitas nasional, sebagai contoh dengan banyaknya informasi yang beredar di sosial media membuat orang mudah tersinggung atau salah paham karena kurang dapat memahami isi konten dan mudah terhasut oleh informasi palsu yang bertujuan memecah belah persatuan. Literasi yang rendah juga seringkali terkait dengan kemiskinan, karena seseorang dengan tingkat literasi rendah akan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak serta pendapatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Gambar : hasil kreasi pribadi |
Namun sayangnya, fenomena yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwa kondisi literasi generasi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Generasi muda saat ini lebih aktif menggunakan gawai dan berselancar di dunia maya ketimbang aktif membaca buku. Para orang tua pun terbiasa untuk langsung menyuguhi gawai sebagai hiburan manakala anak rewel, sehingga minat baca anak-anak menjadi rendah.
"Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makan rohani yang baik"_ (Buya Hamka)
Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat penting menanamkan kebiasaan membaca sejak dini. Ketika anak-anak terbiasa untuk dekat dengan buku, maka literasinya akan baik. Memang sih bermain dengan gawai juga bisa saja sambil membaca, misalnya membaca berbagai informasi dari google atau membaca status di sosial media. Namun bahan bacaan yang ada di gawai dan di dalam buku memiliki karakteristik yang berbeda. Jika anak hanya membaca bahan bacaan yang bersumber dari gawai mungkin orang tua tidak bisa mengontrol apa yang dilihat dan dibaca oleh anak.
Padahal untuk meningkatkan kemampuan literasi, kualitas bahan bacaan merupakan hal yang penting. Salah satu kelebihan buku adalah menyajikan informasi yang utuh serta asupan pengetahuan yang luas. Sedangkan internet hanya menyajikan informasi yang instan dan pengetahuan yang sempit. Anak-anak disarankan untuk lebih banyak membaca buku sastra yang dapat membangun imajinasi. Bacaan tersebut harus dapat membuka pikiran dan hati sehingga menciptakan individu yang cerdas dan berakhlak mulia.
Tips Menanamkan Kebiasaan Membaca Sejak Dini
Sebagai orang tua, sayapun berusaha untuk melatih kemampuan literasi anak-anak saya agar berkembang dengan baik sejak usia dini. Memang hal ini bukan perkara mudah karena butuh komitmen dari orang tua untuk memberikan contoh. Jangan berharap anak-anak akan senang membaca buku, jika orang tuanya saja tidak pernah membaca buku dan lebih suka scroll social media dan menatap layar gawai setiap harinya. Berikut beberapa tips yang saya lakukan dalam rangka menanamkan kebiasaan membaca sejak dini :
1. Memperkenalkan buku bacaan sejak usia dini
Saya sudah mulai memperkenalkan buku bacaan kepada anak saya sejak mereka masih bayi. Saat anak masih bayi, mereka memang belum bisa membaca. Namun tujuan utama dari upaya ini adalah supaya anak memiliki rasa cinta kepada buku.
Gambar : Dok. Pribadi |
Caranya bisa dengan menggunakan sound book atau cloth book yang sekaligus dapat berfungsi sebagai alat stimulasi untuk merangsang tumbuh kembang anak. Saat anak pertama saya yang bernama Tayo masih bayi, sekitar tahun 2009 saya sampai harus jastip kepada teman yang berada di Jepang untuk membeli sound book yang bisa mengeluarkan berbagai suara binatang karena saat itu di Indonesia belum banyak tersedia buku-buku semacam ini. Saya juga terbiasa untuk membacakan buku cerita bergambar dengan suara lantang sembari menjalin komunikasi dan bonding antara orang tua dan anak.
2. Melatih kemampuan membaca pada anak
Membiasakan untuk mengenal buku dan bahan bacaan sejak dini ternyata memberikan dampak yang ajaib pada kedua anak saya. Saat anak saya berusia 5 tahun mereka tiba-tiba saja bisa membaca dengan sendirinya, tanpa saya harus bersusah payah mengajari mereka membaca dengan cara mengeja. Di saat anak saya bersekolah di Taman Kanak-Kanak dan banyak temannya yang belum bisa membaca, alhamdulillah anak saya sudah bisa membaca dengan lancar.
Gambar : Dok. Pribadi |
Namun kemampuan membaca ini harus terus dilatih, karena saat anak bisa membaca maka belum tentu ia bisa memahami apa yang dia baca. Disinilah kemampuan literasi sangat penting, karena literasi bukan hanya sekedar membaca tulisan dan bisa menulis saja. Namun juga tentang memahami apa yang dibaca dan ditulis, berpikir kritis serta mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
Bicara soal melatih kemampuan membaca pada anak, saat ini juga sudah tersedia les membaca atau kursus membaca yang bisa dimanfaatkan oleh para orang tua dalam rangka mendukung terwujudnya generasi yang berliterasi baik. Salah satu lembaga yang terpercaya dalam memberikan pelayanan les membaca anak adalah Kumon Indonesia.
Gambar : Dok.Pribadi |
Menurut buku Montessori Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja, terdapat 2 tahap dalam pengajaran membaca. Tahap yang pertama adalah Tahap Pra-Membaca dan Tahap yang kedua adalah Tahap Teknis Membaca. Biasanya para orang tua lebih fokus pada tahap yang kedua, padahal kunci utama kesuksesan membaca justru pada tahap yang pertama. Kegiatan yang dilakukan pada tahap Pra Membaca adalah mendengarkan kata-kata berima, menyimak dongeng serta membaca bersuara. Kegiatan ini dilakukan agar anak tidak hanya bisa membaca tapi juga mengerti apa yang ia baca. Dengan mengikuti kursus membaca anak di Kumon, anak akan mendapat banyak manfaat seperti melatih membaca bersuara, menambah perbendaharaan kosakata, meningkatkan kemampuan menulis dan menghafal serta membuat siswa jadi suka membaca.
Program Bahasa Indonesia di Kumon ini merupakan program baru yang memiliki keunggulan yaitu anak bisa belajar membaca dan menulis dengan cara yang menyenangkan, memperbaiki kecepatan dan ketepatan membaca, meningkatkan minat baca terhadap buku serta meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan tingkat lanjut pada anak. Hal ini dampaknya juga akan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi anak seperti menggunakan struktur kalimat yang benar dan tepat serta memahami hal-hal yang disampaikan oleh teman bicara. Wah..nggak sabar nih Tifa pengen ikut uji coba gratis kelas Bahasa Indonesia di Kumon !
3. Membiasakan anak membaca buku setiap hari
Supaya anak terbiasa membaca buku setiap hari, tentunya orang tua harus menyediakan buku bahan bacaan yang selalu diupdate. Anak tentu akan merasa bosan jika ia hanya membaca buku yang sama setiap harinya. Untungnya anak saya bersekolah di sekolah yang menyediakan perpustakaan dengan koleksi buku bacaan yang banyak dan beragam.
Gambar : Dok.Pribadi |
Hampir setiap hari anak saya selalu mengunjungi perpustakaan dan meminjam buku bacaan untuk dibaca di rumah. Tak jarang saya juga mengajak anak saya untuk mendiskusikan isi buku bacaan untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami buku-buku yang mereka yang baca tersebut.
4. Memberikan teladan kebiasaan membaca dari orang tua
Meskipun sudah seharian bekerja di kantor, sebagai orang tua saya juga tetap meluangkan waktu untuk membaca buku di rumah. Hal ini saya lakukan untuk memberikan contoh dan keteladanan kepada anak saya. Tidak perlu terlalu lama, cukup luangkan waktu sekitar 1 jam setiap harinya untuk membaca buku sembari beristirahat sepulang bekerja.
Gambar : Dok.Pribadi |
"Pembelajaran sepanjang hayat mengajarkan bahwa membaca harus terus dilakukan hingga lanjut usia. Setiap orang berkesempatan untuk menambah wawasan dari buku tidak peduli seberapa tua usianya"_(Kumparan)
Mewujudkan Generasi Melek Literasi Untuk Indonesia Maju
Menanamkan literasi sejak dini merupakan solusi yang paling jitu dalam mewujudkan generasi melek literasi, dan hal ini harus dimulai dari keluarga. Menurut Stephen R.Covey, keluarga memiliki 4 peranan penting yaitu Modelling (Model atau panutan bagi anak-anaknya), Mentoring (Menjalin hubungan, kasih sayang, perlindungan tanpa syarat bagi anak-anak), Organizing (Membangun kerjasama, membagi tugas untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga), dan Teaching ( guru sekaligus pengajar di rumah untuk anak-anak).
Apabila 4 peran keluarga ini dapat dijalankan dengan baik oleh para orang tua terutama dalam hal menanamkan kebiasaan membaca buku sejak dini dan memberikan keteladanan di rumah maka bukan hal yang mustahil jika generasi penerus bangsa Indonesia akan memiliki kemampuan literasi yang lebih baik di masa depan. Semua ini tergantung pada kemauan keras para orang tua, ingin jadi seperti apa anak-anak mereka di masa depan nanti.
Gambar : Dok.Pribadi |
Para orang tua bisa menjadi pahlawan literasi yang mengajarkan membaca dan menulis untuk generasi selanjutnya. Hal ini bisa dimulai dengan meningkatkan kebiasaan membaca di rumah sejak dini, misalnya dengan menyepakati kebisaan membaca bersama, menentukan waktu membaca, membahas ulang materi yang dibaca, memberikan hadiah kepada anak apabila anak menjalankan kesepakatan tersebut, merawat dan menghargai buku-buku yang ada di rumah serta menyediakan buku bacaan yang dapat menggugah minat baca anak atau mendaftarkan anak di kelas Bahasa Indonesia Kumon agar kemampuan literasi anak semakin meningkat.
"Penguatan budaya literasi adalah kunci memajukan negeri ini "_ (Lenang Manggala)
Gambar : Dok.Pribadi |
Seiring dengan semakin majunya teknologi, saat ini bahan bacaan memang bisa diakses melalui berbagai macam e-book. Namun menurut saya jika anak terlalu lama membaca dengan menggunakan gadget, maka hal tersebut akan memberikan efek samping yang kurang baik untuk kesehatan mata. Itulah kenapa, bagi saya pilihan terbaik bahan bacaan untuk anak adalah dalam bentuk buku. Jadi, tetap sediakan buku bacaan yang berkualitas di rumah ya parents :)
Semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang berhasil mencetak generasi melek literasi untuk Indonesia Maju !