Dilema sekolah di masa pandemi, antara PJJ dan PTM
Tidak terasa sudah setahun lebih anak - anak menjalani sistem pembelajaran jarak jauh atau sekolah daring. Suatu kondisi yang mau tidak mau dialami oleh hampir seluruh anak di Indonesia dan juga hampir di seluruh dunia sebagai akibat dari kondisi pandemi yang tak kunjung reda hingga saat ini.
Saya masih ingat hari pertama saat anak-anak mulai belajar daring di pertengahan bulan Maret 2020. Kami menyambutnya dengan semangat. Kala itu saya pun masih menjalani masa kuliah yang juga dilakukan secara daring, sehingga setiap hari saya bisa mendampingi anak-anak belajar di rumah. Meskipun tidak harus berangkat ke sekolah, tapi saya tetap mengajarkan anak - anak disiplin bangun pagi setiap harinya.
Postingan instagram saya di hari pertama anak-anak sekolah daring. Foto : Dok.Pri |
Namun selama menjalani proses belajar daring, saya akui memang banyak sekali drama yang terjadi. Apalagi saat itu saya juga sedang dikejar waktu untuk menyelesaikan tesis saya. Anak - anak pun masih belum bisa mandiri dalam mengerjakan tugas sekolahnya terutama Tifa anak saya yang masih playgrup. Sementara Tayo yang sudah kelas 4 jauh lebih mandiri ketimbang adiknya, namun kendalanya adalah dia suka menunda - nunda mengerjakan tugas sekolahnya sehingga setiap hari saya harus selalu cerewet mengingatkan.
Tak terasa akhirnya anak - anak naik kelas. Tifa masuk sekolah TK A, Tayo naik kelas 5 dan saya akhirnya bisa lulus S2 di akhir tahun 2020. Kemudian di awal tahun 2021 saya kembali aktif bekerja lagi dan tentu saja ini jadi dilema karena kondisi pandemi belum juga membaik. Dulu sebelum pandemi, jika saya dan suami bekerja maka anak-anak akan sekolah full day sehingga baru akan saya jemput setelah saya pulang kerja. Namun sejak pandemi, tidak ada lagi sekolah full day dan saya juga tak punya asisten rumah tangga. Akhirnya pilihannya adalah selama saya dan suami bekerja, anak-anak kami titipkan di rumah nenek.
Setelah saya mulai aktif bekerja lagi, terus terang saya keteteran banget saat harus memantau dan mendampingi proses pembelajaran jarak jauh anak - anak saya. Saya tidak mungkin membebani sang nenek untuk memantau sekolah daring anak-anak. Akhirnya daripada stres, ya sudah saya turunkan idealisme saya. Untuk urusan tugas sekolah, yang penting anak - anak mengerjakan saja. Soal hasilnya bagaimana sudah saya serahkan sepenuhnya kepada wali kelas. Saya sudah tidak lagi mengharapkan segala sesuatunya sempurna di tengah kondisi yang memang sedang tidak sempurna.
Aktivitas pembelajaran jarak jauh anak-anak selama masa pandemi. Foto : Dok.Pri |
Selama PJJ, hampir setiap hari saya selalu ngomel karena anak saya jadi lebih banyak bermain dengan handphone masing - masing saat saya tinggal bekerja. Jika handphone saya pegang, maka gantian Televisi yang akan menyala sehari penuh dan hal ini kadang membuat saya jadi merasa gagal menjadi orang tua yang baik. Karena dengan membiarkan anak nonton TV atau main handphone berjam - jam, makes me feel really bad.
Anak - anak sayapun sebenarnya juga sudah sering mengeluh merasa bosan di rumah terus. Dan saya akui bahwa televisi dan handphone adalah hiburan bagi mereka. Untuk durasi nonton TV dan bermain gadget ini sebenarnya sudah saya buat kesepakatan dengan anak - anak seperti screen time maksimal 2 jam sehari. Tapi tetap saja pada prakteknya anak saya sering melanggar kesepakatan dan membuat saya akhirnya harus ngomel setiap hari.
Nah..ditengah rasa lelah yang melanda ini tiba - tiba saya mendapat informasi dari sekolah anak - anak, bahwa di bulan Juli 2021 nanti sekolah akan mulai menjalankan blended learning yang memadukan antara metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan pembelajaran tatap muka (PTM). Mendengar informasi ini, anak - anak saya langsung hepi...yeay..akhirnya bisa masuk sekolah lagi..sorak mereka.
Tifa saat menjalani uji coba PTM terbatas, hanya satu jam di sekolah udah seneng banget |
Menemukan tempat curhat di webinar Refleksi Pendidikan Indonesia : Diantara PJJ dan PTM
Dilema yang saya rasakan ini ternyata juga dirasakan oleh para orang tua lainnya di luar sana. Makanya saat saya berkesempatan mengikuti webinar bertemakan Refleksi Pendidikan Indonesia : Diantara PJJ dan PTM pada tanggal 5 Juni 2021 kemarin, rasanya seperti menemukan tempat curhat yang pas atas kegundahan hati yang saya rasakan selama ini.
Pembelajaran daring yang diterapkan saat ini memang tidak bisa dijalani dengan mudah oleh semua siswa karena permasalahan yang dihadapipun bermacam-macam. Mulai dari masalah teknis seperti sinyal internet yang tidak lancar, fasilitas gadget yang tidak ada, kuota internet yang terbatas, orang tua yang gaptek dan lain sebagainya. Baru masalah teknis saja sudah pusing, apalagi jika nanti terkait dengan materi pembelajaran anak yang mau tidak mau menuntut orang tua untuk ikut belajar lagi. Akhirnya orang tua kadang jadi emosi dan anak yang menjadi korbannya. Secara ringkas berikut permasalahan yang sering terjadi pada siswa, orangtua dan guru selama menjalani PJJ :
Sesi webinar ini diselenggarakan oleh Faber-Castell dengan menghadirkan narasumber Bapak Christian dan Ibu Saufi Sauniawati. Di dalam kegiatan webinar ini dikupas tuntas tentang berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para orang tua, guru dan anak terkait metode pembelajaran daring yang sudah dijalani selama setahun lebih hingga saat ini. Mulai dari sistem belajar daring yang perlu diperbaiki hingga masalah kebosanan yang dialami oleh para siswa.
Sumber : Materi Webinar Refleksi Pendidikan Indonesia : Diantara PJJ dan PTM |
Sumber : Materi Webinar Refleksi Pendidikan Indonesia : Diantara PJJ dan PTM |
- Orang tua, berperan sebagai pembimbing, fasilitator, pengawas dan motivator
- Guru terutama wali kelas, sebagai pembuat materi akademik/bahan ajar yang kreatif, guru pamong, pengawas, guru dan motivator
- Siswa, berperan sebagai siswa yang bertanggung jawab, siswa yang inovatif, siswa yang inquiry dan siswa yang dapat berkomunikasi dengan baik
Ketiga peran ini harus dapat dijalankan secara sinergis antara satu sama lain, sehingga komunikasi yang baik antara orang tua, guru, dan siswa memegang peran yang sangat penting. Pembagian peran selama PJJ semacam ini, tidak hanya berlaku untuk masa pembelajaran selama pandemi saja karena model PJJ seperti saat ini infonya kelak akan terus dijalankan namun dengan dikombinasikan dengan PTM dan diberi nama hybrid learning. Hal ini sudah dirumuskan ke dalam roadmap hybrid learning yang disampaikan oleh bu Saufi :
Sumber : Materi Webinar Refleksi Pendidikan Indonesia : Diantara PJJ dan PTM |
- Mencari informasi tentang aturan tatap muka terbatas di kota/wilayah tempat tinggal masing-masing
- Mulai mendisiplinkan kembali jam tidur dan jam bangun anak
- Orang tua masih harus tetap mengawasi pembelajaran jarak jauh dan tetap memfasilitasi kebutuhan pembelajaran jarak jauh dengan lebih cermat dan cerdik
- Ajarkan protokol kesehatan dan tekankan pada anak untuk tidak minta makanan atau minuman bekas teman, jangan berpelukan dan jangan bergantian masker
- Mengurangi bermain game dan mulai memberikan kegiatan after school activity offline
Sumber : Materi Webinar Refleksi Pendidikan Indonesia : Diantara PJJ dan PTM |
Sumber : Materi Webinar Refleksi Pendidikan Indonesia : Diantara PJJ dan PTM |
Namun yang masih menjadi masalah bagi anak saya saat menjalani metode pembelajaran jarak jauh adalah ketergantungannya pada orang tua untuk melakukan pencetakan soal/worksheet yang dikirimkan oleh guru walikelas melalui whatsapp. Apabila pagi hari sebelum bekerja saya belum sempat ngeprint soal, maka anak saya tidak bisa langsung mengerjakan soal pada hari itu juga. Sebenarnya dari sekolah sudah menyiapkan modul soal - soal latihan untuk 1 semester yang sudah dibagikan di awal semester. Namun setiap pagi, wali kelas akan mengirimkan soal morning math melalui grup whatsapp kelas yang harus dikerjakan anak dan dikumpulkan pada hari itu juga. Disinilah letak kendala saya karena harus ngeprint soal morning math setiap pagi.
Paket Belajar Online dari Faber-Castell
Masalah yang saya hadapi ini, ternyata kini sudah ada solusinya yaitu dengan adanya produk dari Faber-Castell yang didesain secara kreatif yaitu paket belajar online untuk memudahkan anak dan orang tua dalam menjalani metode pembelajaran jarak jauh.
Faber-Castell Paket Belajar Online. Foto : Dok.Pri |
Paket belajar online ini terdiri dari stylus yang dilengkapi dengan alat tulis lain seperti pensil, penghapus, pen serta rautan yang bisa menjadi alat pendukung dalam belajar online. Stylus ini bisa digunakan pada semua merk smartphone dan bisa digunakan untuk menulis, tanda tangan, scroll halaman dan memilih jawaban pilihan ganda. Harga Faber-Castell Paket Belajar Online ini juga sangat terjangkau yaitu sekitar Rp. 35ribu-an dan bisa dibeli secara online. Info lebih lanjut silahkan kunjungi www.faber-castell.co.id.
Mengerjakan soal PJJ bisa langsung dengan menuliskan di layar smart phone. Foto : Dok.Pri |
4 comments
Wah..sama bangeet. Saya juga dilema bun apalagi di tempat sekarang kasusnya juga makin banyak. Kayaknya masih tetep milih PJJ aja. Ehhh..itu stylusnya keren juga ya jadi pengen beli
ReplyDeletehayuuk beli paket belajar online Faber-Castell, stylusnya bermanfaat banget mbak
DeletePaket belajar onlinenya menarik ya..harganya terjangkau dan pas utk ukuran kantong rata2 orang tua anak indonesia
ReplyDeletecuss...langsung beli aja kak. Bisa dipake buat orang tuanya juga lho, buat aku kepake banget buat tanda tangan online
DeleteTerimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)