Menggalang Semangat Kembangkan Potensi Wisata KBA Kemuning
"Apabila semua potensi desa bisa dikelola dengan optimal, maka ekonomi masyarakat desa pasti akan ikut bergerak. Dengan mengelola potensi yang ada, maka tidak akan ada masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari karena roda perekonomian desa akan berjalan dengan baik dan merata"
Saat mendengar Gunungkidul, yang terlintas di benak saya adalah gambaran suatu daerah yang tandus, berbukit kapur dan sulit air. Namun siapa sangka ternyata daerah ini mempunyai keindahan alam yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata. Gunungkidul juga memiliki warga masyarakat yang ramah dan berdaya juang tinggi. Kesan positif ini saya dapatkan saat berkunjung ke KBA Kemuning yang terletak di Dusun Kemuning, Desa Bunder, Kecamatan Patuk, Gunungkidul.
" Dulu, dusun Kemuning ini adalah tempat persembunyian seorang abdi kraton yang bernama Saridjan. Ia lari dari kejaran Belanda dan menemukan tempat persembunyian di daerah ini", penjelasan pak Suhardi yang merupakan kepala dusun Kemuning membuat saya sedikit paham tentang sejarah Dusun Kemuning. "Namanya saja tempat persembunyian mbak, makanya Dusun Kemuning memang agak sulit untuk ditemukan. Kalau baru pertama kali berkunjung kesini pasti bingung", ujar Pak Suhardi lagi.
Lokasi Dusun Kemuning memang cukup jauh dari keramaian, bahkan kalau menurut saya dusun ini bisa dikatakan terpencil. Untuk bisa mencapai dusun ini saya harus melewati jalan setapak yang berliku-liku dan melalui kawasan hutan yang cukup luas. Saya tidak menyangka bahwa ternyata di balik kawasan hutan tersebut, ada sebuah dusun bernama Kemuning. Nama Kemuning sendiri diambil dari nama pohon Kemuning yang banyak terdapat di daerah ini.
Menikmati Sejuknya Telaga Kemuning
Di dusun Kemuning terdapat sebuah telaga. Menurut cerita sejarah telaga ini muncul secara alami karena proses pertapaan yang dilakukan oleh Saridjan. Dikisahkan bahwa abdi kraton tersebut akhirnya menetap di daerah ini bersama keluarga dan para pengikutnya. Mereka memulai kehidupan baru sebagai petani di dusun Kemuning, namun mengalami masalah kesulitan air. Akhirnya Saridjan yang berganti nama menjadi Resawijaya (berganti nama agar tidak ditemukan Belanda) melakukan pertapaan dan muncullah telaga kemuning. Telaga yang memiliki luas 1 hektar dan kedalaman 3 meter tersebut, kini mulai dikembangkan oleh warga menjadi obyek wisata unggulan.
Upaya untuk menjadikan telaga kemuning sebagai obyek wisata unggulan kini sudah menampakkan progres yang cukup berarti. Dulu telaga ini sempat dianggap angker sehingga tidak banyak orang yang tertarik berkunjung ke tempat tersebut. Namun sejak Dusun Kemuning ditunjuk menjadi Kampung Berseri Astra pada tahun 2016, Telaga Kemuning ini mulai mengalami banyak perubahan. Warga bergotong royong melakukan pembersihan, sehingga telaga tampak semakin resik dan apik. Selain itu PT. Astra juga membantu merenovasi bangunan pendopo yang terletak di tepi telaga, sehingga pendopo ini dapat dimanfaat oleh warga desa untuk menggelar pertemuan warga serta dapat dimanfaatkan oleh wisatawan yang berkunjung ke Telaga Kemuning untuk transit.
"Warga Kemuning sangat bersemangat untuk mengembangkan potensi wisata telaga Kemuning agar lebih dikenal masyarakat. Dengan begitu, kami berharap kunjungan wisata ke dusun kami bisa semakin meningkat", ujar Pak Suhardi saat mengantar saya berkeliling ke area Telaga Kemuning. " Ke depannya nanti, warga kami berencana untuk membangun kampung apung di tengah danau. Kampung apung ini akan menyajikan potensi kuliner yang dimiliki oleh Dusun Kemuning. Kami juga akan menyiapkan paket wisata yang bisa dinikmati oleh para wisatawan, mulai dari paket wisata kuliner, wisata budaya hingga wisata sejarah", sambung Pak Suhardi menceritakan mimpi warga Kemuning untuk mengembangkan potensi wisata di daerahnya. Paket wisata yang dimaksud oleh Pak Suhardi tersebut hingga kini sudah diluncurkan sebanyak 5 paket yaitu :
Heroiknya Kisah Gaplek Geprek
Dusun kemuning yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 357 jiwa ini, mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Para petani di dusun Kemuning sehari-harinya menggarap ladang jagung dan singkong. Daerah Gunungkidul yang secara alami tanahnya memiliki struktur batu kapur atau karst memang tidak bisa ditanami padi. Seandainya hendak ditanami padi, prosesnya harus dilakukan dengan cara tumpang sari. Dengan kondisi alam semacam ini maka tak heran jika Kabupaten Gunungkidul menjadi kabupaten dengan prosentase kemiskinan tertinggi di Provinsi DIY. Wilayah yang tandus, bencana kekeringan yang hampir menjadi agenda rutin setiap tahun serta komposisi tanah karst yang menyebabkan air hujan tidak dapat tertampung di permukaan tanah menjadi permasalahan yang hingga kini masih belum bisa tertangani. Kondisi yang sudah given dari alam semacam ini memang tidak bisa diubah. Yang bisa dilakukan warga adalah berpikir kreatif untuk mencari potensi apa yang dimiliki dan bisa dikembangkan demi memajukan sektor perekonomian mereka. Jika tanaman padi tak bisa tumbuh disini, maka jagung dan singkong lah yang menjadi tumpuan harapan.
Setelah puas berkeliling telaga kemuning, saya kemudian diantar menuju ke sebuah rumah yang terletak tidak jauh dari RA Masyithoh. Di rumah ini saya bertemu dengan ibu Siti Romlah, salah satu anggota UKM Oase Gunungsewu. Disinilah saya mendapatkan cerita tentang heroiknya kisah Gaplek Geprek yang menjadi kuliner khas andalan dusun Kemuning. " Di daerah sini yang bisa tumbuh subur ya cuma singkong mbak. Mau cari singkong disini ada banyak sekali. Makanya apa yang ada ini yang kami olah", ujar bu Siti Romlah.
Dari beliau saya juga mendapatkan cerita bahwa gaplek yaitu makanan khas yang terbuat dari singkong yang difermentasi, pernah sangat berjasa bagi warga Gunungkidul. Jaman dulu sekitar tahun 60-70 an, masyarakat Gunungkidul banyak yang mengalami kasus gizi buruk karena sehari-harinya hanya mengkonsumsi bonggol pisang. Kemudian untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah daerah mendistribusikan beras dan tepung gaplek serta pengobatan bagi penderita gizi buruk. Upaya ini berhasil menurunkan angka penderita gizi buruk di Gunungkidul. Meskipun kini gaplek tidak digunakan sebagai makanan pokok masyarakat Gunungkidul, namun jika masa paceklik tiba Gaplek masih menjadi sumber penghidupan warga untuk menyambung hidup. Gaplek ini bisa disimpan dan tahan hingga 1 tahun lamanya.
Kini masyarakat sudah semakin kreatif dalam mengolah makanan berbahan dasar singkong tersebut agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Meskipun gaplek sempat diidentikkan dengan makanan orang miskin, namun nyatanya UKM Oase Gunungsewu kini bisa mengkreasikan gaplek menjadi makanan khas kekinian bernama gaplek geprek yang bisa tampil instagramable dan telah di jual secara online.
Menurut cerita mbak Nisa, salah satu pemudi desa yang ikut mendukung UKM Oase, kini semakin banyak pesanan yang masuk secara online melalui instagram. Gaplek yang dulunya dianggap makanan "ndeso", kini bisa tampil instagramable berkat kreativitas dari ibu-ibu anggota UKM Oase dan dibantu para remaja karang taruna dusun. " Yang bikin foto ini adalah Mas Galuh, anaknya pak dukuh mbak. Kami mendapat bantuan alat produksi makanan dari Astra serta sebuah mini studio yang bisa dipakai untuk membuat foto makanan agar tampak lebih cantik hasilnya", ujar mbak Nisa menambahkan cerita.
Keberadaan UKM Oase Gunungsewu ini juga turut mendukung upaya pengembangan potensi wisata di KBA Kemuning. Selain memproduksi gaplek geprek, UKM ini juga memproduksi berbagai macam camilan lainnya dengan memanfaatkan singkong sebagai bahan dasarnya seperti lempeng singkong, krecek telo, jenang dodol singkong dan lain sebagainya. Camilan ini menjadi oleh-oleh khas yang ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Telaga Kemuning.
Selain camilan, ada juga kuliner khas dusun Kemuning yang sangat recomended untuk dicoba saat kita berkunjung ke KBA Kemuning yaitu nasi kembul bujono. Ini merupakan kuliner yang terdiri dari nasi putih, nasi gurih, ingkung ayam kampung, oseng, peyek, gudangan, dan sambal bawang yang mantap sekali rasanya. Cara menyantapnya dengan menggunakan alas daun jati dan lebih nikmat rasanya jika disantap sambil menikmati sejuknya udara di tepi telaga kemuning. Infonya sudah banyak wisatawan yang datang ke KBA Kemuning dan menjajal lezatnya nasi kembul bujono ini.
Sambil menyantap nasi kembul bujono, saya masih membayangkan kisah gaplek yang diceritakan oleh bu Siti. Saya jadi ingat, dulu gaplek ini sempat jadi bahan olok-olokan di kalangan teman kuliah saya. Dulu, beberapa kawan saya sering berkelakar tentang gaplek. Katanya kalau makan gaplek bisa mengakibatkan bahasa indonesianya jadi medok, bahkan ada juga yang bilang kalau makan gaplek jadi tidak bisa bicara bahasa inggris. Namun siapa sangka ternyata gaplek yang jadi bahan olok-olokan itu ternyata pernah menyelamatkan warga Gunungkidul dari gizi buruk, bahkan menjadi tumpuan harapan hidup terakhir saat masa paceklik tiba. Di era kekinian, gaplek juga bisa diolah menjadi berbagai macam makanan khas Gunungkidul yang bisa menambah kesejahteraan masyarakat. Ternyata gaplek tidak pantas dipandang sebelah mata.
Wisata Maju, Kebersihan Lingkungan Tetap Terjaga
Setelah puas menjelajah potensi wisata yang ada di KBA Kemuning, saya sempat berdiskusi dengan Pak Suhardi tentang dampak negatif yang mungkin terjadi apabila obyek wisata telaga kemuning nantinya semakin ramai dikunjungi oleh para wisatawan yaitu masalah sampah. Dari hasil obrolan tersebut ternyata KBA Kemuning sudah mempunyai program pelestarian lingkungan melalui Bank Sampah. "Daripada sampahnya dibuang sembarangan dan bikin kotor lingkungan, maka kami meminta warga untuk mengumpulkan sampah tersebut di Bank Sampah yang terletak di rumah saya", ujar Pak Suhardi. " Setiap sebulan sekali, warga akan berkumpul untuk memilah sampah. Sampah yang sudah dipilah ini kita jual kepada pengepul. Uang hasil penjualannya digunakan untuk dana sehat penyelanggaraan posyandu balita dan lansia", ujar Pak Suhardi menambahkan.
Saat ini uang yang didapatkan dari hasil mengumpulkan sampah warga, jumlahnya memang masih sedikit. Hal ini karena jumlah KK di dusun Kemuning hanya 113 KK yang tersebar di 4 RT. Jumlah KK yang sedikit ini, tentunya hanya menghasilkan sampah yang sedikit pula. Apabila nanti potensi wisata di KBA Kemuning ini sudah banyak dikenal masyarakat dan kunjungannya semakin ramai, tentunya sampah yang dihasilkan oleh para wisatawan juga bisa dikelola di Bank Sampah sehingga kebersihan lingkungan tetap terjaga dan dana sehat bisa bertambah.
Ruh Empat Pilar Program Astra di KBA Kemuning
Pelaksanaan program 4 pilar Astra di KBA Kemuning ini juga berjalan seiring sejalan. Meskipun sektor wisata yang menjadi unggulan, bukan berarti pelaksanaan 3 pilar yang lain jadi terabaikan. Sebagai contoh di sektor Kesehatan, KBA Kemuning telah berhasil meningkatkan strata posyandu di dusun Kemuning menjadi Strata Mandiri. Selain itu di sektor pendidikan, Astra juga memberikan dukungan dalam wujud renovasi gedung sekolah, pemberian bantuan paket Alat Permainan Edukatif (APE) untuk anak Taman Kanak - Kanak serta renovasi perpustakaan sekolah. Melalui jalur pendidikan, diharapkan generasi penerus di dusun Kemuning dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang lebih cerdas dan bersemangat dalam mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Menikmati Sejuknya Telaga Kemuning
Di dusun Kemuning terdapat sebuah telaga. Menurut cerita sejarah telaga ini muncul secara alami karena proses pertapaan yang dilakukan oleh Saridjan. Dikisahkan bahwa abdi kraton tersebut akhirnya menetap di daerah ini bersama keluarga dan para pengikutnya. Mereka memulai kehidupan baru sebagai petani di dusun Kemuning, namun mengalami masalah kesulitan air. Akhirnya Saridjan yang berganti nama menjadi Resawijaya (berganti nama agar tidak ditemukan Belanda) melakukan pertapaan dan muncullah telaga kemuning. Telaga yang memiliki luas 1 hektar dan kedalaman 3 meter tersebut, kini mulai dikembangkan oleh warga menjadi obyek wisata unggulan.
Wisata Telaga Kemuning. Foto : Dok. Pribadi |
Kondisi pendopo sebelum dan sesudah direnovasi oleh Astra. Foto : Dok.Pri |
Pendopo Astra yang bisa digunakan sebagai pusat kegiatan warga dusun Kemuning. Foto : Dok.Pri |
- Paket Wisata KBA, terdiri dari paket kunjungan wisata untuk meihat program 4 Pilar Astra yang dilaksanakan di KBA Kemuning yaitu pendidikan, kesehatan, lingkungan dan kewirausahaan.
- Paket Edukasi, merupakan kegiatan wisata bertarafkan pembelajaran seperti penanaman pohon, pembuatan dan pemberian makan ikan, mainan tradisional dan lain sebagainya.
- Paket Urip Ndeso, merupakan paket wisata yang menawarkan program live in menjadi orang desa dan merasakan langsung kehidupan di dusun Kemuning seperti melakukan aktivitas bertani, beternak, memasak dan lain sebagainya.
- Paket Kuliner, merupakan paket wisata kuliner dengan santapan menu ingkung kembul bujono.
- Paket Wisata Sejarah, merupakan paket wisata sambil menelusuri sejarah terbentuknya dusun Kemuning.
Heroiknya Kisah Gaplek Geprek
Dusun kemuning yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 357 jiwa ini, mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Para petani di dusun Kemuning sehari-harinya menggarap ladang jagung dan singkong. Daerah Gunungkidul yang secara alami tanahnya memiliki struktur batu kapur atau karst memang tidak bisa ditanami padi. Seandainya hendak ditanami padi, prosesnya harus dilakukan dengan cara tumpang sari. Dengan kondisi alam semacam ini maka tak heran jika Kabupaten Gunungkidul menjadi kabupaten dengan prosentase kemiskinan tertinggi di Provinsi DIY. Wilayah yang tandus, bencana kekeringan yang hampir menjadi agenda rutin setiap tahun serta komposisi tanah karst yang menyebabkan air hujan tidak dapat tertampung di permukaan tanah menjadi permasalahan yang hingga kini masih belum bisa tertangani. Kondisi yang sudah given dari alam semacam ini memang tidak bisa diubah. Yang bisa dilakukan warga adalah berpikir kreatif untuk mencari potensi apa yang dimiliki dan bisa dikembangkan demi memajukan sektor perekonomian mereka. Jika tanaman padi tak bisa tumbuh disini, maka jagung dan singkong lah yang menjadi tumpuan harapan.
Ibu-ibu UKM Oase sedang memproduksi camilan berbahan dasar singkong. Foto : Dok.Pri |
Kini masyarakat sudah semakin kreatif dalam mengolah makanan berbahan dasar singkong tersebut agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Meskipun gaplek sempat diidentikkan dengan makanan orang miskin, namun nyatanya UKM Oase Gunungsewu kini bisa mengkreasikan gaplek menjadi makanan khas kekinian bernama gaplek geprek yang bisa tampil instagramable dan telah di jual secara online.
Gaplek Geprek Yang Instagramable. Foto : Instargram KBA Kemuning |
Gaplek Geprek, Kuliner Khas KBA Kemuning. Foto : Instagram KBA Kemuning |
Mini Studio dari Astra untuk membuat foto produk kuliner. Foto : Dok.Pri |
Gaplek Geprek dan Camilan khas lainnya dari KBA Kemuning. Foto : Dok.Pri |
Nasi kembul bujono. Foto : Dok.Pri |
Wisata Maju, Kebersihan Lingkungan Tetap Terjaga
Setelah puas menjelajah potensi wisata yang ada di KBA Kemuning, saya sempat berdiskusi dengan Pak Suhardi tentang dampak negatif yang mungkin terjadi apabila obyek wisata telaga kemuning nantinya semakin ramai dikunjungi oleh para wisatawan yaitu masalah sampah. Dari hasil obrolan tersebut ternyata KBA Kemuning sudah mempunyai program pelestarian lingkungan melalui Bank Sampah. "Daripada sampahnya dibuang sembarangan dan bikin kotor lingkungan, maka kami meminta warga untuk mengumpulkan sampah tersebut di Bank Sampah yang terletak di rumah saya", ujar Pak Suhardi. " Setiap sebulan sekali, warga akan berkumpul untuk memilah sampah. Sampah yang sudah dipilah ini kita jual kepada pengepul. Uang hasil penjualannya digunakan untuk dana sehat penyelanggaraan posyandu balita dan lansia", ujar Pak Suhardi menambahkan.
Proses Pemilahan Sampah di Bank Sampah oleh warga dusun Kemuning. Foto : Dok.Pri |
Uang yang terkumpul dari Bank Sampah digunakan untuk dana sehat posyandu balita dan lansia. Foto : Dok.Pri |
Ruh Empat Pilar Program Astra di KBA Kemuning
Sektor wisata memang menjadi sektor unggulan yang dikembangkan oleh Astra di KBA Kemuning. Sebagai daerah perbukitan karst, potensi ini memang merupakan hal yang paling mungkin untuk dijadikan andalan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat. Program Kampung Berseri Astra (KBA) yang digalakkan oleh PT.Astra International Tbk sejak tahun 2013 ini memang bertujuan untuk mewujudkan wilayah kampung yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Terdapat 4 pilar yang diintegrasikan dalam implementasi KBA yaitu pendidikan, kewirausahaan, lingkungan dan kesehatan. Hingga kini sudah terbentuk 77 Kampung Berseri Astra yang tersebar di 34 Provinsi di seluruh Indonesia. KBA Kemuning merupakan salah satu dari Kampung Berseri Astra yang terletak di Provinsi DIY dan kegiatannya dimulai sejak tahun 2016.
Dalam implementasinya, KBA ini tidak bisa diseragamkan antar daerah satu dengan lainnya. Karena setiap daerah memiliki potensi serta kebutuhan yang berbeda-beda. Program 4 pilar sepenuhnya dijalankan sendiri oleh masyarakat. Astra hanya berperan sebagai stimulator dan motivator dengan cari memberikan bantuan alat pendukung program serta mengadakan pelatihan-pelatihan. Dengan cara tersebut, Astra berusaha memberdayakan masyarakat agar mampu mengembangkan kampungnya sesuai potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
"Kini sudah saatnya desa ditempatkan sebagai subjek pembangunan, dimana masyarakat desa berperan sebagai pelaku utama pembangunan"
Pelaksanaan program 4 pilar Astra di KBA Kemuning ini juga berjalan seiring sejalan. Meskipun sektor wisata yang menjadi unggulan, bukan berarti pelaksanaan 3 pilar yang lain jadi terabaikan. Sebagai contoh di sektor Kesehatan, KBA Kemuning telah berhasil meningkatkan strata posyandu di dusun Kemuning menjadi Strata Mandiri. Selain itu di sektor pendidikan, Astra juga memberikan dukungan dalam wujud renovasi gedung sekolah, pemberian bantuan paket Alat Permainan Edukatif (APE) untuk anak Taman Kanak - Kanak serta renovasi perpustakaan sekolah. Melalui jalur pendidikan, diharapkan generasi penerus di dusun Kemuning dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang lebih cerdas dan bersemangat dalam mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Proses Pembelajaran di RA Masyithoh terasa lebih nyaman dengan gedung sekolah yang sudah direnovasi. Foto : Dok. Pri |
Program Donasi Sarana Pendidikan dari Astra. Foto : Dok.Pri |
Keberlanjutan program serta kemandirian masyarakat memang sangat ditekankan dalam pelaksanaan program Kampung Berseri Astra. Empat pilar program diharapkan mampu menjadi ruh yang menyatu dalam semangat warga untuk mewujudkan kampung yang bersih, sehat, cerdas dan produktif. Dalam kunjungan saya ke KBA Kemuning beberapa waktu lalu, saya melihat semangat warga dusun yang berjuang agar dusun Kemuning bisa berkembang menjadi desa wisata yang semakin banyak menarik minat wisatawan. Seluruh warga dusun, baik tua maupun muda saling bersinergi dan menggalang semangat agar Kemuning yang tersembunyi di balik hutan dapat lebih dikenal masyarakat sebagai destinasi wisata yang layak untuk dikunjungi.
0 comments
Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)