Tidak Ada Perjalanan Yang Sia-Sia
Mendung menggelayut disertai rintik hujan mengiringi perjalanan saya menuju SD Gunturan yang terletak di Dusun Gunturan, Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Saat saya tiba, sekolah ini tampak sepi. Tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah karena para siswa sedang libur semester. Namun para guru tetap masuk karena hari itu sedang ada kegiatan diklat.
Suasana SD Gunturan yang tampak sepi |
Bu Dariyah, selaku kepala sekolah SD Gunturan menyambut kedatangan saya dengan ramah. Beliau mempersilahkan saya masuk ke ruang kepsek. " Tunggu sebentar ya mbak, saya masih mempersiapkan diklat pengimbasan Gasing", kata bu Dariyah. " Iya bu, silahkan diselesaikan dulu persiapannya", jawab saya mengiyakan. Saat menunggu di ruang kepsek, saya sempat berbincang dengan salah satu peserta diklat yang juga berada di ruang tersebut. Namanya pak Mulyono. Ditangannya tampak 4 buah modul berwarna putih bertuliskan GASING. "Mbak juga peserta diklat ya?" Ucap pak Mulyono memulai obrolan. "Bukan pak, saya hanya bertamu. Saya ada janji untuk bertemu dengan ibu Dariyah", jawab saya.
"Ooh..Saya kira mbak ini peserta diklat yang berasal dari SD lain. Saya juga bukan guru dari sini, tapi dari SD sebelah. Ngomong-ngomong sudah pernah mendengar tentang Gasing mbak?" tanya pak Mulyono. "Mainan anak-anak bukan ya pak?", jawab saya. "Ini Gasingnya beda mbak, bukan mainan. Beberapa bulan yang lalu ada guru dari SD ini yang ikut diklat Gasing di Jakarta. Nah sekarang gantian kami yang mau diajari oleh ibu guru yang kemarin sudah ikut diklat. Supaya kami bisa ketularan pintarnya mbak", kata pak Mulyono menjelaskan. Dari hasil obrolan dengan pak Mulyono saya jadi sedikit paham tentang Gasing. Ternyata ini bukan jenis permainan anak-anak yang pernah saya mainkan saat masih kecil, melainkan sebuah metode belajar matematika secara Gampang, Asyik dan Menyenangkan yang disingkat dengan nama GASING.
sumber ilustrasi : majalahcsr.co.id |
Obrolan saya dengan pak Mulyono kemudian terhenti saat bu Dariyah masuk ke ruang kepsek dan mempersilahkan pak Mulyono untuk menuju ke ruang diklat. "Monggo pak, diklatnya sudah mau dimulai. Tunggu sebentar lagi ya mbak. Saya mau membuka acara pelatihan dulu", ucap bu Dariyah. "Iya bu..silahkan", jawab saya. Setelah pak Mulyono dan bu Dariyah pergi, tinggallah saya menunggu sendiri di ruang kepsek.
Koleksi piala hasil prestasi para siswa |
Ruangan ini ditata dengan rapi dan sederhana. Didepan saya terdapat sebuah lemari kaca yang didalamnya berjajar puluhan piala hasil prestasi para siswa. Saya amati prestasi terbanyak adalah di bidang olahraga voli. Ada juga prestasi siswa di bidang seni tari, membaca Al Quran, dokter kecil dan lain sebagainya. Saat saya masih asyik melihat-lihat koleksi piala yang dipajang di dalam lemari, tiba-tiba bu Dariyah sudah masuk lagi ke dalam ruang kepsek. Kemudian kami mulai berbincang. Kedatangan saya ke SD Gunturan memang bertujuan untuk mendengar secara langsung tentang perjalanan Astra dalam mendampingi sekolah ini yang ternyata sudah dimulai sejak tahun 2007.
Bu Dariyah, Kepala Sekolah SD Gunturan |
Menurut penuturan bu Dariyah, pendampingan Astra diawali dengan proses seleksi terhadap beberapa sekolah yang ada di Kecamatan Pandak. Yang menjadi penilaian utama adalah komitmen dari seluruh warga sekolah termasuk masyarakat sekitar untuk mau maju dan berkembang menjadi sekolah yang lebih baik. Setelah lulus seleksi tersebut maka barulah Astra memulai kegiatan pendampingan di lokasi sekolah terpilih. Pada awal pendampingan, Astra tidak langsung memberikan bantuan berupa materi. Namun yang dilakukan oleh Astra adalah upaya untuk meningkatkan kualitas para guru di SD Gunturan melalui berbagai macam program pelatihan seperti penyusunan silabus, RPP dan lain sebagainya. Setelah kemampuan para guru meningkat, barulah Astra memberikan bantuan materi seperti buku paket pelajaran untuk para siswa, rehab gedung sekolah serta penyediaan sarana lain yang dibutuhkan oleh sekolah.
Meskipun didampingi oleh perusahaan besar seperti Astra, bukan berarti sekolah ini bisa langsung menjadi sekolah unggulan secara instan. Ada proses perjalanan panjang yang harus dilalui oleh SD Gunturan bersama dengan Astra. Bu Dariyah mengisahkan bahwa suatu ketika SD Gunturan pernah mengalami penurunan prestasi yang cukup drastis. "Saat itu siswa yang duduk di kelas 6 didominasi oleh para siswa yang dulunya pernah tinggal kelas. Ada sekitar 50 % siswa yang dulunya pernah tinggal kelas dan pada tahun tersebut semuanya berkumpul dalam satu angkatan di kelas 6", kata bu Dariyah menggambarkan kondisi siswa pada saat itu. "Siswa di angkatan itu juga bandel-bandel. Saya sampai sekarang masih ingat, ada siswa yang pernah bikin ibu kantin marah-marah karena sambel jualannya dicampuri garam. Mungkin niatnya mau ngerjain temannya, tapi yang kena ya semua orang yang jajan di kantin", kenang bu Dariyah sambil tersenyum geli. "Menurut kami para guru, kondisi siswa yang bermasalah inilah yang menjadi penyebab prestasi sekolah jadi turun", lanjut bu Dariyah.
Penurunan prestasi yang pernah dialami oleh SD Gunturan tersebut juga mendapatkan perhatian serius dari Astra sehingga kemudian dilakukan kegiatan diskusi dan evaluasi dengan para guru. "Ada hal yang menginspirasi kami para guru yaitu saat tim dari Astra mengatakan bahwa tugas guru adalah membuat pintar para siswa. Apapun kondisinya siswa tidak boleh dijadikan alasan atas terjadinya penurunan prestasi sekolah. Guru yang berhasil adalah mereka yang bisa membimbing anak yang bodoh sekalipun untuk bisa berhasil. Tugas guru bukan hanya mengajari membaca, menulis dan berhitung. Tapi juga mendidik dengan hati".
Selanjutnya, Astra semakin intensif dalam melakukan pendampingan serta monitoring di SD Gunturan. Para guru terus dimotivasi untuk memperbaiki kinerjanya sebagai tenaga pendidik. Jika gurunya baik, sekolah baik, maka prestasi para siswa juga akan baik. Upaya ini akhirnya membuahkan hasil. Pelan tapi pasti, sekolah yang pernah mengalami jatuh bangun ini akhirnya di tahun 2016 berhasil meningkatkan prestasinya. Pada tahun 2016 yang lalu SD Gunturan berhasil menduduki peringkat ke 2 se-Kecamatan Pandak untuk perolehan rata-rata nilai UAN siswa setelah beberapa tahun sebelumnya pernah berada di rangking ke 18. Meskipun bukan prestasi yang luar biasa, namun kemajuan yang berhasil diraih ini bisa menjadi bukti bahwa usaha yang telah dilakukan ada hasilnya secara nyata dan tidak ada perjalanan yang sia-sia.
Jika dilihat dari latar belakang siswa yang bersekolah di SD Gunturan, memang mayoritas adalah anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera. Mata pencaharian orang tua mereka adalah buruh penambang pasir. Meskipun begitu, anak-anak ini termasuk beruntung karena bisa sekolah di SD negeri yang fasilitasnya cukup lengkap seperti SD Gunturan. Saya sempat berkeliling dan melihat ke ruang perpustakaan sekolah yang ternyata memiliki koleksi buku bacaan yang cukup lengkap. Mulai dari buku ensiklopedia, kamus dan buku bacaan lainnya yang bisa dinikmati oleh anak-anak mulai dari kelas 1 hingga kelas 6 SD. Menurut penuturan bu Dariyah hampir 75% buku yang ada disini merupakan donasi dari Astra sementara sisanya yang 25% berasal dari pengadaan pemerintah menggunakan dana DAK.
Beberapa koleksi buku perpustakaan SD Gunturan |
Selain melengkapi fasilitas buku perpustakaan, Astra juga memberikan sumbangsih berupa alat gamelan untuk sarana ekstrakuliler bagi para siswa di SD Gunturan. Ada juga program life skill yang mendapat suport penuh dari Astra berupa ketrampilan membatik yang sudah diajarkan kepada siswa kelas 1 hingga kelas 6. Hasil karya para siswa ini kemudian dipamerkan di beberapa even yang diselenggarakan Astra dan sebagian ada juga yang dipamerkan di sekolah.
Donasi Gamelan dari Astra |
Kegiatan pendampingan Astra di SD Gunturan ini dilakukan oleh Yayasan Pendidikan Astra - Michael D. Ruslim (YPA - MDR ). Yayasan Pendidikan Asta Michael D. Ruslim (YPA - MDR) didirikan pada tahun 2009 dengan nama yayasan Astra Bina Pendidikan. Pada tahun 2010, Yayasan Astra Bina Pendidikan berganti nama menjadi Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim untuk menghormati Presiden Direktur Astra, Bapak Michael D. Ruslim. YPA-MDR memiliki visi untuk membantu sekolah-sekolah yang berada di daerah prasejahtera agar para siswanya mampu meningkatkan kualitas, intelektual dan kompetensi kecakapan hidup (life skill) serta memiliki karakter yang didasarkan pada nilai luhur Bangsa Indonesia. Selain SD Gunturan, masih ada beberapa sekolah lain di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul yang juga menjadi sekolah binaan Astra yaitu SD Jigudan, SD Ciren, SMPN 4 Pandak dan SMKN 1 Pandak. Kegiatan pendampingan yang dilakukan di masing-masing sekolah tersebut secara garis besar memiliki pola yang sama serta bertujuan untuk mewujudkan sekolah unggul di daerah prasejahtera agar mampu mencetak SDM berkualitas yang diharapkan bisa menjadi agent of change menuju masyarakat sejahtera. YPA - MDR memiliki 4 pilar dalam pembinaannya yaitu Akademis, Karakter, Seni Budaya dan Kecakapan Hidup. Melalui upaya ini, Astra ingin mewujudkan cita-cita agar di masa mendatang dapat terlahir generasi muda yang mandiri & peduli untuk membangun daerahnya sehingga kesejahteraan bangsa juga meningkat.
Education is the most powerful weapon which you can use to change the world (Nelson Mandela)
Tak hanya di Kecamatan Pandak saja, YPA - MDR juga memiliki beberapa sekolah binaan yang tersebar di beberapa wilayah lain seperti Bogor, Gunung Kidul, Bantul, Lampung Selatan, Pacitan, Kutai Barat, Serang dan Kupang. Pendampingan oleh YPA - MDR ini menggunakan konsep sekolah Swapraja dan Unggul dengan ilustrasi sebagai berikut :
sumber ilustrasi : ypamdr-astra.com |
Upaya Astra untuk mewujudkan sekolah unggul di daerah pra sejahtera ini tentu bukan perkara mudah. Namun dengan komitmen dan dukungan penuh dari Astra dan seluruh warga sekolah, saat ini sudah ada beberapa sekolah binaan yang berhasil menjadi sekolah unggul. "SD Gunturan belum layak untuk disebut sebagai sekolah unggulan. Kami masih terus berproses. Masih banyak hal yang harus kami perbaiki dan tingkatkan lagi", kata bu Dariyah. "Meskipun belum menjadi sekolah unggulan tapi berkat dukungan dari Astra, sekolah kami sekarang sudah punya fasilitas yang jauh lebih lengkap dibandingkan dulu. Sekarang jumlah ruang kelas yang ada juga sudah memadai sehingga para siswa tidak perlu lagi belajar di kelas dengan cara bergantian", kata bu Dariyah menambahkan.
Tak hanya berupa bantuan fisik saja yang bisa dirasakan manfaatnya secara nyata, namun bantuan program life skill berupa ketrampilan membatik juga sangat dirasakan manfaatnya oleh warga sekolah. Ada gurat rasa bangga ketika bu Dariyah menunjukkan kepada saya hasil karya kain batik dari para siswa, "Kain batik ini buatan anak-anak kelas 4 SD lho mbak. Memang kalau dilihat masih sederhana, tapi orang dewasa belum tentu bisa membatik seperti anak-anak ini", kata bu Dariyah sambil memamerkan beberapa hasil karya anak didiknya.
Kain batik ini buatan anak SD kelas 4 dan 5 |
Diakhir obrolan kami Bu Dariyah juga menyinggung tentang manfat dari program Gasing, "Bulan Maret kemarin ada perwakilan guru dan siswa kami yang difasilitasi Astra untuk ikut diklat Gasing di Jakarta. Siswa yang diajak serta malah tidak boleh memilih siswa yang pintar. Lalu kami pilih siswa yang paling tidak pintar matematika. Setelah ikut diklat selama 2 bulan, hasilnya dia jadi lebih pandai dalam matematika mencongak."
Pendidikan adalah ujung tombak peradaban, Juru Kunci kesejahteraan (Lenang Manggala)
Perjalanan Astra dalam membina SD Gunturan selama hampir 10 tahun telah banyak memberikan manfaat nyata baik bagi siswa, guru dan masyarakat sekitar. seperti yang diungkapkan oleh Nelson Mandela dan Lenang Manggala dalam quotenya bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia menjadi lebih baik dan sejahtera. Rasanya tidak berlebihan jika saya sangat mengapresiasi upaya Astra dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan.
Pelan tapi pasti, SD Gunturan terus berupaya untuk maju dan berkembang bersama Astra dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak di Dusun Gunturan agar kelak dapat terlahir calon pemimpin masa depan dari wilayah ini. Inspirasi yang saya dapatkan dari cerita bu Dariyah tentang perjalanan Astra membina SD Gunturan adalah bahwa kunci keberhasilannya terletak pada 3 hal yaitu komitmen yang kuat, tujuan yang jelas dan semangat untuk bekerja dengan hati. Tidak hanya komitmen dari Astra, namun juga didukung oleh komitmen dari seluruh warga sekolah. Para guru di sekolah binaan yang selalu mendapatkan pelatihan serta motivasi dari Astra telah bertransformasi menjadi tenaga pendidik yang semakin berdedikasi.
Ya...tidak ada perjalanan yang sia-sia, asalkan perjalanan itu memiliki arah dan tujuan yang jelas. Meskipun kecepatan masing-masing pejalan mungkin berbeda, namun suatu saat mereka semua akan sampai pada titik yang dituju. Dengan syarat, para pejalan berkomitmen untuk terus berjalan maju ke depan. Bukan hanya berjalan di tempat atau berjalan mundur apalagi berbelok arah. Meskipun berjalan dengan perlahan atau mungkin kadang tersandung dan terjatuh, namun jika para pejalan ini tetap mau bangkit dan melanjutkan perjalanan maka tujuan itu pasti akan tercapai.
0 comments
Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)