Agar Anak Tak Takut DiSuntik
Seminggu yang lalu saya dapat surat dari sekolahnya Tayo yang memberitahukan bahwa pada hari Rabu tanggal 31 Agustus 2016 di sekolahnya Tayo akan dilaksanakan Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau biasa disingkat dengan istilah BIAS. Kegiatan BIAS sebenarnya juga sudah nggak asing lagi buat saya, karena saya bekerja di puskesmas dan program BIAS ini sudah jadi program rutin setiap tahun yang dilaksanakan oleh puskesmas di seluruh Indonesia secara serentak.
Tujuan dari pelaksanaan BIAS ini adalah untuk meningkatkan kembali kekebalan terhadap penyakit campak, difteri dan tetanus pada anak usia SD/MI/SDLB/Ponpes. Ada 3 tujuan khusus yang menjadikan kenapa BIAS ini sangat perlu diikuti oleh seluruh siswa yaitu :
- Untuk memberi perlindungan selama 25 tahun terhadap penyakit tetanus
- Untuk memberi perlindungan selama 20 tahun terhadap penyakit difteri
- Untuk memberi perlindungan selama 20 tahun terhadap penyakit campak
Sebenarnya saat anak-anak kita masih bayi mereka juga sudah pernah mendapatkan imunisasi semacam ini, namun kenyataannya imunisasi yang diperoleh saat masih bayi tersebut belum cukup untuk melindungi anak-anak dari penyakit PD3I (Penyakit-Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia sekolah. Hal ini disebabkan karena saat anak mulai memasuki usia sekolah dasar telah terjadi penurunan tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi di masa bayi. Sehingga kemudian pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak SD/sederajat yang dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia.
Berikut Jadwal Pelaksanaan BIAS yang diselenggarakan oleh pemerintah :
Jadwal BIAS di DIY
Saat ini Tayo sudah duduk di kelas 1 SD sehingga dia juga termasuk sasaran dari program BIAS ini. Meski bersekolah di SD Internasional tapi sekolah Tayo juga masuk dalam jangkauan sekolah yang berhak ikut BIAS. Jadi memang tidak ada diskrimanasi dalam pelaksanaan program BIAS ini, mau sekolah negeri atau swasta semua siswanya punya hak yang sama untuk mendapatkan fasilitas sebagai berikut:
- Vaksin Campak, DT dan Td
- Alat Suntik sekali pakai (Auto Disable Syringe) untuk setiap siswa
Sebagai orang tua, secara pribadi saya sangat mendukung pelaksanaan program BIAS ini. Sehingga saat disodorkan lembar persetujuan imunisasi dari sekolah Tayo, saya dan suami langsung sepakat untuk menandatanganinya dan mengijinkan anak kami untuk diimunisasi. Beberapa orangtua dari teman sekolah Tayo ada juga yang galau waktu tahu kalau anaknya mau disuntik bahkan ada juga yang menolak karena merasa kasihan nanti kalau anaknya sampai takut dan menangis saat disuntik di sekolah. Tidak hanya masalah teknis seperti itu yang menjadi alasan penolakan beberapa orang tua, ada juga orang tua yang tidak mengijinkan anaknya diimunisasi karena masalah keyakinan. Setiap orang tua memang berbeda-beda prinsipnya, dan jika mereka menolak anaknya untuk tidak dimunisasi maka petugas puskesmas juga tidak akan memaksa. Biasanya tetap akan diberi pengertian terlebih dulu, namun jika tetap menolak memang tidak boleh dipaksa.
Kalau saya sih tetap mendukung program BIAS karena saat ini wabah/KLB Campak masih dijumpai di lingkungan sekolah bahkan di Jawa Timur wabah/KLB Difteri masih menyebar. Apa nggak dosa banget tuh jadi orang tua misal anak kita sampai kena penyakit berbahaya semacam itu lantaran kita menolak anak kita untuk diimunisasi? Lha wong imunisasi itu hak anak kok malah tidak boleh diberikan. Kalau di DIY sendiri, ada lho dukungan dari MUI untuk penyelenggaraan program BIAS ini. Berikut surat pernyataan dukungan dari MUI DIY :
Lalu kita juga nggak usah takut dengan isu vaksin palsu, nih ada surat edaran terpercaya dari kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY yang menyatakan bahwa tidak ada vaksin palsu yang beredar di puskesmas :
Meski setuju dengan program BIAS, tapi saya sejujurnya khawatir juga tentang bagaimana ya nanti kalau saat pelaksanaan imunisasi, ternyata Tayo malah nggak mau disuntik. Apalagi dia punya badan yang cukup besar dan kalau misal sampai meronta-ronta karena takut disuntik, tenaganya kuat banget. Tayo juga takut banget kalau lihat jarum suntik. Padahal kalau anaknya meronta-ronta, petugasnya juga nggak bakalan berani nyuntik. Wah..alamat bisa gagal deh nanti imunisasinya.
Anak takut disuntik itu memang wajar, saya yang sudah jadi ibu-ibu saja juga merasa deg-degan kalau mau disuntik. Yang penting sebagai orang tua saya nggak pernah nakut-nakutin anak dengan ancaman misalnya, "kalau nakal nanti disuntik lho" atau ancaman dalam bentuk lain yang bikin anak jadi punya image menakutkan terhadap suntikan.
Tayo takut disuntik karena memang dia pernah merasakan bahwa disuntik itu memang sakit. Saat umurnya 4 tahun dia pernah dirawat di rumah sakit dan harus diinfus selama 5 hari . Proses memasukkan jarum infus ke tangannya pada waktu itu sempat gagal berapa kali dan harus diulang-ulang sehingga bikin dia jadi trauma.
Dalam rangka persiapan pelksanaan BIAS disekolahnya nanti, maka saya dan suami berusaha untuk mengantisipasi kejadian trauma yang berulang. Kemudian kami berunding tentang hal-hal apa saja yang harus kami lakukan supaya saat disuntik di sekolahnya nanti Tayo nggak merasa takut. Berikut hal-hal yang kami lakukan :
- Menjelaskan kepada Tayo tentang pentingnya diimunisasi, misalnya dengan mengatakan bahwa Tayo harus diimunisasi supaya badannya jadi kebal dan kuat seperti superman. Supaya tidak ada virus jahat yang mengganggu.
- Mengatakan bahwa disuntik itu memang sakit tapi hanya sebentar saja. Karena Tayo juga pernah melihat adik bayinya diimunisasi maka saya katakan juga kalau adiknya dulu saat disuntik juga boleh kok menangis, tapi nangisnya cuma sebentar saja.
- Merencanakan untuk mendampingi Tayo saat hari H tiba jika diijinkan oleh pihak sekolah. Rencananya yang akan mendampingi adalah si papa dengan pertimbangan misalkan harus dipegangi saat disuntik, tenaga si papa lebih kuat untuk memegangi Tayo ketimbang saya.
- Seandainya nanti di sekolah gagal disuntik, kami berdua akan mendampingi Tayo untuk diimunisasi di puskesmas. Karena siswa yang gagal diimunisasi di sekolah biasanya akan diundang untuk menjalani imunisasi di puskesmas.
Rencana yang sudah kami jalankan adalah nomor 1 dan 2. Hasilnya Tayo bilang dia berani diimunisasi. Kata Tayo dia mau disuntik, meskipun akan sakit sedikit. Tapi nggak tau juga nanti pas hari H apa dia benar-benar akan berani seperti yang dikatakannya saat ini? semoga saja begitu. Yang penting dengan memberi pengertian sejak dari sekarang maka dari dalam dirinya sudah tumbuh rasa berani dan percaya bahwa imunisasi yang akan dilakukan nanti tidak bertujuan untuk menyakitinya melainkan untuk melindunginya dari penyakit PD3I yang berbahaya.
Doakan ya semoga hari rabu besok Tayo bisa sukses menjalani imunisasi di sekolahnya. Oh..iya yang putra-putrinya juga mau ikut program BIAS disekolahnya jangan lupa untuk sarapan pagi dulu ya sebelumnya. Semoga sukses juga imunisasinya :)
0 comments
Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)