Sosok Dokter Gigi Itu Sumber Inspirasiku Untuk Berbagi
Betapa tenangnya batin, saat menikmati indahnya berbagi bersama anak yatim dan dhuafa. Itulah kedamaian sejati yang dirasakan oleh sosok drg. Prasasti Bintarum.
Namanya drg. Prasasti Bintarum, saya
biasa memanggilnya bu Sasti. Saya kenal beliau setahun yang lalu. Berawal dari
kepindahan beliau ke puskesmas tempat saya bekerja pada pertengahan tahun 2013.
Kesan pribadi saya saat berkenalan dengan bu Sasti adalah beliau
merupakan pribadi yang ramah dan sederhana. Juga teman ngobrol yang seru dan
menyenangkan.
Saya dan Bu Sasti |
Selain ramah pada sesama karyawan,
bu Sasti juga seorang dokter gigi yang sangat ramah dan telaten dalam menangani
pasien yang berkunjung di puskesmas kami. Dalam suatu kesempatan saat kami
ngobrol di sela jam istirahat kantor, saya pernah bertanya, “ Bu Sasti di rumah
juga buka praktek dokter gigi?” tanya saya ingin tahu. “ Ah..enggak bu, saya
praktek dokter gigi cukup di puskesmas saja. Kalau sudah di rumah waktu
saya khusus untuk mengurus keluarga dan anak-anak di Rumah Yatim” Jawab bu Sasti. “ Bu Sasti punya lembaga rumah yatim?” tanya saya lagi. “Iya bu, tapi jangan
dibayangkan sebagai lembaga yang besar lho…karena pengelolanya juga masih
terbatas. Saya mengelola rumah yatim dan dhuafa karena kegiatan ini
lebih menentramkan hati saya daripada buka praktek dokter gigi swasta. Saya merasa
lebih bahagia mengisi waktu luang dengan menjalani kegiatan sosial semacam ini ”
Jawab bu Sasti lagi.
Sosok Inspiratif drg. Prasasti Bintarum |
Bu Sasti memang sosok dokter gigi
yang sangat gemar melakukan kegiatan sosial. Setiap kali medengar ada bencana atau
musibah yang terjadi bu Sasti selalu tergerak untuk terjun langsung membantu korban
bencana. Kiprahnya dalam mendirikan Rumah Yatim dan Dhuafa berawal dari gempa
bumi tahun 2006 yang telah meluluhlantakkan Bantul 8 tahun yang lalu. Saat itu
banyak tetangga bu Sasti yang kehilangan rumah dan anggota keluarga. Bu Sasti sendiri cukup beruntung karena rumahnya tidak hancur oleh gempa dan
seluruh anggota keluarga juga selamat dari musibah itu. Melihat penderitaan
warga sekitar, bu Sasti tergerak untuk membantu para korban gempa dengan cara
berkeliling memberikan bantuan pengobatan serta logistik yang dibutuhkan warga.
Perlahan-lahan warga Bantul mulai bangkit, namun ternyata bencana ini
menyisakan anak-anak yang jadi tidak bisa melanjutkan sekolah karena
kehilangan ayah atau ibu. Kondisi ini membuat bu Sasti
tergerak untuk membantu anak-anak yatim piatu agar mereka tetap dapat
melanjutkan sekolahnya sampai dengan perguruan tinggi. Awalnya bu Sasti hanya
membantu beberapa anak saja dengan
menggunakan uang pribadi, namun ternyata anak yang butuh bantuan biaya sekolah
jumlahnya semakin bertambah. Hal ini mendorong bu Sasti untuk mencarikan informasi
beasiswa bagi anak-anak tersebut. Dengan kemampuan bahasa
asing yang beliau miliki, bu sasti mulai mengajukan permohonan beasiwa untuk
anak-anak yatim korban bencana ini ke luar negeri seperti Mesir. Ternyata usaha bu Sasti membuahkan
hasil, ada beberapa anak yang berhasil mendapat bantuan dari
Mesir berupa dana pendidikan yang diberikan setiap bulan secara lansung kepada mereka. Tak hanya ke luar negeri, bu sasti juga terus memperluas jaringan dengan menghubungi
para pengusaha dan donatur di Jogja dan sekitarnya dengan tujuan untuk
mengumpulkan dana bagi kelangsungan pendidikan anak-anak yatim tersebut.
Menerima santunan dari donatur |
There is a
will there is a way, alhamdulilah dengan didasari niat yang tulus Allah telah
memudahkan ikhtiar bu Sasti. Banyak pihak yang tergerak hatinya untuk turut
membantu memberi bantuan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim korban gempa bumi, sehingga semua anak bisa mendapat besasiwa pendidikan setiap bulan dengan
sumber dari donatur yang berbeda-beda. Perjuangan bu sasti tak berhenti
disitu saja, bu Sasti kemudian mulai membangun pesantren sederhana untuk
memfasilitasi anak-anak asuhnya belajar mengaji setiap sore. Tak hanya belajar
Baca Tulis Alquran, Fiqih Islam dan Tahfidz Al-qur’an, pada hari-hari tertentu
juga diadakan bimbingan belajar yang bekerjasama dengan Genius yaitu
belajar matematika dengan metode happy and fun. Dalam kesehariannya anak-anak
ini tidak menginap di pesantren, mereka hanya datang pada sore hingga malam
hari untuk belajar kemudian pulang lagi ke rumah masing-masing.
Bu Sasti dan anak-anak asuhnya |
Hasil jerih payah bu Sasti akhirnya membuahkan hasil, banyak anak asuhnya yang sukses menyelesaikan
pendidikan hingga perguruan tinggi dan bisa mandiri. Setelah mengantarkan mereka
sukses bu Sasti masih terus menerima anak-anak yatim dan dhuafa yang butuh bantuan
pendidikan serta tidak hanya terbatas pada anak yatim piatu korban gempa, namun
anak-anak dhuafa dari desa lain juga ada yang menjadi anak asuhnya. Saat ini
jumlah anak asuh bu Sasti ada 65 anak dan pesantren yang didirikan oleh bu Sasti ini di beri nama Rumah Yatim &
Dhua’fa Al Ma’ruf yang beralamat di Dukuh RT 15 Pendowoharjo, Sewon, Bantul
Yogyakarta.
Anak-anak Rumah Yatim dan Dhuafa Al Ma'ruf |
Di Bulan Ramadhan ini bu Sasti makin
bersemangat untuk terus berbagi dengan anak yatim dan dhuafa. Selain rutin mengajak anak
asuhnya untuk mengaji dan buka puasa bersama, bu Sasti juga aktif mendaftarkan anak-anak
asuhnya tersebut untuk mengikuti lomba seperti pildacil, tahfidz dan
menggambar dalam berbagai event ramadhan yang banyak diselenggarakan seperti
Lomba Olimpiade Anak Sholeh yang di gelar di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Tujuannya adalah untuk menambah semangat dan rasa percaya diri anak-anak. Yang
saya ketahui ada beberapa anak asuh bu Sasti yang berhasil mengukir prestasi di
ajang lomba tersebut. Mungkin terlihat sederhana namun efeknya sangat luar
biasa bagi mereka. Selain aktif berbagi dengan anak yatim dan dhuafa, selama Ramadhan ini bu Sasti juga aktif
berbagi hikmah dan pengetahuan yang dimilikinya melalui siaran radio persatuan
94,2 FM.
Bu Sasti merupakan sosok dokter
gigi yang semangat berbaginya telah banyak menginspirasi saya. Kecintaannya terhadap anak yatim dan
dhuafa itu sama besarnya dengan kecintaannya terhadap kedua anak kandungnya
sendiri. Bu Sasti bisa saja memilih untuk membuka praktek dokter gigi swasta atau melanjutkan S2 spesialis konservasi gigi yang kini banyak diminati para dokter gigi demi meningkatkan pemasukan pribadinya. Namun bu Sasti lebih memilih untuk membagi waktu, perhatian dan ilmu yang dimilikinya untuk menggembirakan hati para yatim dan dhuafa. Bu Sasti sering berkata bahwa kebahagiaan anak-anak yatim inilah yang
kelak akan mengantarkan kita menjadi tetangga Rasulullah SAW di surga. Saat
anak-anak ini tersenyum bahagia karena berkumpul bersama orang-orang yang sayang
dan perduli pada mereka, maka akan terlantun untaian doa bagi para pemerhati
mereka, “ Ya Rabbana..Sayangilah Mereka
(Para Dermawan) sebagaimana mereka menyayangi dan memperhatikan kami,
Mudahkanlah urusan mereka, Bukakanlah pintu rizqi selebar-lebarnya untuk mereka.
Amin..amin..amin..Ya rabbal alamin.”
Dalam tawa ceria mereka terselip doa |
*)Sumber Foto-Foto : Koleksi Pribadi dan Koleksi FB drg. Prasasti Bintarum yang telah mendapat ijin dari yang bersangkutan untuk tayang di Blog ini
0 comments
Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)