Penderita TB Bisa Sembuh Asal Patuh
"Mbak, ibu sakit apa?", tanyaku pada mbakku melalui telepon.
"Ibu positif kena TB", jawab mbakku dari seberang sana.
"Haaah?? Ibu kena TB...kok bisa mbak?dapat penyakit itu dari mana? lagian kita juga nggak tinggal di pemukiman kumuh kok bisa sih ibu kena TB..", jawabku tidak percaya.
"Ya..bisa saja dek, buktinya hasil pemeriksaan BTA nya positif. Lagipula penyakit TB itu bisa menyerang semua orang tanpa pandang bulu. karena TB ini ditularkan melaui percikan dahak saat penderitanya batuk, bersin atau bicara. Pekerjaan ibu setiap hari jaga toko, bisa saja kan ibu tertular dari pembeli atau pengunjung toko. Sudahlah..nggak perlu galau, yang penting sekarang kita sama-sama dukung ibu untuk berobat supaya ibu bisa segera sembuh dari TB" ,jawab mbakku berusaha menenangkanku.
Itu adalah obrolan saya dengan kakak saya beberapa tahun yang lalu, saat pertama kali kami tahu bahwa ibu positif terkena TB. Berbagai perasaan khawatir menghantui saya karena kurangnya pengetahuan saya tentang masalah TB ini. Saya sempat merasa takut bagaimana nanti kalau keluarga kami jadi dikucilkan oleh masyarakat. Lalu saya juga sempat punya perasaan malu setelah tahu kalau ibu kena TB. Sebab TB selama ini selalu dianggap sebagai penyakitnya orang miskin. Disamping itu saya juga sempat bingung dengan berapa besar biaya pengobatannya serta bisakah ibu saya sembuh dari TB? Kekhawatiran saya semakin bertambah manakala saya mendengar bahwa TB adalah penyakit yang bisa menyebabkan kematian dan sangat mudah menular.
gambar ilustrasi |
TB atau Tuberkulosis merupakan penyakit menular secara langsung yang disebabkan oleh kuman TB bernama Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini bisa menyerang semua orang dan bila tanpa pengobatan maka 50% penderita TB akan meninggal setelah 5 tahun. Selain menyerang paru-paru, TB juga dapat menyerang kelenjar limphe, kulit, otak, tulang, usus serta ginjal. TB ditularkan oleh penderita yang dahaknya mengandung kuman TB (penderita TB BTA positif) melalui percikan dahak sewaktu batuk, bersin atau bicara. Peningkatan jumlah penderita TB di Indonesia disebabkan karena faktor penularan dan lingkungan. Selain itu semakin meningkatnya jumlah penderita TB juga dikarenakan kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan meminum obat.
Pada orang dewasa yang terkena TB, gejala utamanya di tandai dengan Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Selain itu juga dapat disertai dengan gejala lain seperti :
- Dahak bercampur darah
- Batuk darah
- Sesak nafas dan nyeri dada
- Badan lemah, nafsu makan berkurang, berat badan turun, rasa kurang enak badan, berkeringat pada malam hari, demam atau meriang
Di Indonesia TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-5 setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria. TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit jantung dan penyakit saluran nafas. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB didunia dan setiap tahun ada 429.730 kasus baru serta kematian karena TB sebesar 62.246 orang (Kemenkes,2011)
Jujur saja saat mengetahui bahwa ibu saya terkena TB saya sempat "parno" gara-gara membaca berbagai fakta mengerikan tentang penyakit TB ini. Namun ada fakta yang menggembirakan dan bisa menenangkan hati saya kala itu yaitu fakta bahwa penyakit TB bisa disembuhkan dan pengobatannya juga tidak membutuhkan biaya yang besar justru malah GRATIS.
Setelah ibu saya didiagnosa positif TB, dokter mengatakan bahwa ibu saya bisa menjalani pengobatan TB melalui puskesmas terdekat. Di puskesmas ibu mendapat konseling dari petugas kesehatan serta diberi obat anti TB (OAT) secara gratis...benar-benar gratis. Bahkan ibu juga mendapatkan tambahan multivitamin. Pengobatan TB terhadap ibu saya dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Tratment Shortcourse Chemotherapy/ Pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung). Lama pengobatan yang harus dijalani oleh ibu saya adalah sekitar 6 bulan dan terbagi dalam 2 fase yaitu :
- Fase awal / fase intensif : minum obat setiap hari selama 2 bulan
- Fase lanjutan / fase intermiten : minum obat selang-seling seminggu 3 kali selama 4 bulan.
Pada saat pengobatan fase awal, selain mendapat OAT ibu juga mendapatkan suplemen asupan gizi berupa peptisol sebanyak 4 kotak secara gratis. Selanjutnya pada pengobatan fase lanjutan, ibu juga masih diberi tambahan mulitivitamin untuk meningkatkan kesembuhan dan semuanya diberikan secara gratis dari puskesmas.
Petugas dari puskesmas juga rutin berkunjung ke rumah kami untuk melakukan pengawasan minum obat serta melakukan konseling. Petugas mengatakan bahwa angka kesembuhan TB tinggi asalkan pasien patuh minum Obat Anti TB (OAT) secara rutin sesuai aturan. Syukurlah ibu saya termasuk pasien yang patuh minum obat dan tidak ngeyel, kami sekeluarga juga selalu memberi dukungan pada ibu seperti membantu mengawasi dan mengingatkan jadwal minum obat pada ibu.
Akhirnya setelah 6 bulan menjalani pengobatan TB ibu saya dinyatakan sembuh. Hal ini diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium seperti rontgen thoraks dan pemeriksaan dahak yang menunjukkan hasil bahwa BTA negatif dan hasil foto thoraks juga menunjukkan kondisi paru-paru ibu saya baik dan normal.
gambar ilustrasi |
Saya sangat bersyukur ibu saya bisa sembuh dari TB berkat dukungan dari pihak puskesmas, dukungan dari keluarga serta yang paling penting adalah kesadaran dari ibu saya untuk selalu patuh minum obat anti TB (OAT) secara rutin. Pengobatan TB ini memang tidak bisa diremehkan karena apabila penderita TB tidak patuh minum obat maka dapat menyebabkan angka kesembuhan penderita rendah, angka drop out tinggi dan kekambuhan meningkat. Bahkan yang lebih fatal adalah terjadinya resistensi kuman terhadap beberapa obat anti tuberkulosis atau multi drug resistence sehinga menyebabkan proses penyembuhan TB jadi lebih sulit.
Pasien TB yang sudah resisten terhadap obat TB disebut sebagai pasien TB MDR (Multi Drug Resisten). TB MDR ini merupakan TB yang sudah kebal terhadap obat yang ada saat ini terutama obat INH dan Rifampisin. Apabila seseorang sudah terkena TB MDR ini maka pengobatannya jadi semakin sulit namun masih bisa diobati yaitu dengan konsekuensi :
- Obat lebih mahal dan sulit didapatkan
- Jangka waktu pengobatan jadi lebih lama yaitu 18-24 bulan
- Jumlah obat yang diminum jadi lebih banyak
- Disuntik setiap hari minimal selama 6 bulan
- Pasien harus minum obat didepan petugas dengan cara pasien datang ke fasilitas kesehatan setiap hari sehingga jadi lebih menyita waktu, biaya dan tenaga
- Bahaya penularan pada keluarga dan masyarakat jadi lebih meningkat
Saat ini TB MDR ini merupakan ancaman bagi semua karena menurut data diketahui bahwa 1/3 penduduk dunia telah terinfeksi dengan kuman TB. Setiap tahun terjadi 1,7 juta kematian karena TB. Menurut data internasional disebutkan bahwa setiap tahun terjadi 424.000 TB MDR. Di Indonesia kasus TB MDR ini sudah ada, namun belum diketahui secara pasti tentang berapa besaran kasusnya secara pasti.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi pemasalahan TB di Indonesia, namun tanpa peran serta dari masyarakat maka program tidak akan dapat tercapai dengan optimal. Keberhasilan program TB sangat bergantung pada tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat. Kepatuhan minum obat merupakan kunci utama keberhasilan dalam proses penyembuhan TB. Kepatuhan minum obat ini dapat diartikan sebagai ketaatan pasien pada petunjuk pengobatan diikuti diet, perubahan gaya hidup dan melaksanakan rekomendasi/nasehat dari tenaga kesehatan. Adapun indikator kepatuhan penderita TB menurut Depkes RI,2001 adalah sebagai berikut :
- Berobat sesuai jadwal yang ditentukan
- Tetap berobat walaupun tanda dan gejala penyakit sudah ringan atau hilang
- Kontrol bila ada keluhan termasuk efek samping obat
- Menerima prosedur diagnosis dan tindakan pengobatan
Kini sudah 7 tahun berlalu sejak ibu saya dinyatakan sembuh dari penyakit TB. Alhamdulilah hingga saat ini ibu saya tetap sehat, tidak ada keluhan dan bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya. Selama ibu saya menjalani pengobatan TB juga tidak ada anggota keluarga lain yang tertular. Hal-hal yang pernah saya khawatirkan dulu seperti takut dikucilkan masyarakat atau takut ibu saya tidak bisa disembuhkan juga tidak pernah terjadi. TB bukanlah penyakit yang memalukan, itu semua hanyalah stigma yang kini sudah tidak berlaku lagi. TB adalah penyakit yang berbahaya namun bisa disembuhkan. Pemerintah telah menyediakan obat-obat anti TB yang bisa didapatkan secara gratis melalui sarana pelayanan kesehatan pemerintah terdekat, namun apalah artinya ketersedian OAT gratis tersebut jika tidak disertai dengan kepatuhan minum obat dari penderita TB.
sumber gambar dari SINI |
Hingga saat ini penyakit TB masih belum bisa diberantas, walaupun imunisasi BCG sudah diberikan sejak bayi sebagai upaya pencegahan namun nyatanya hingga kini jumlah penderita TB masih terus meningkat. Sebagai warga masyarakat tentunya kita perlu mendukung upaya pemerintah dalam rangka pemberantasan TB ini minimal dengan cara :
- Segera memeriksakan anggota keluarga bila menemukan ada gejala TB
- Memberi dukugan pada anggota keluarga yang didiagnosa TB (BTA +)
- ikut mengawasi keteraturan minum obat TB
- Menutup hidung dan mulut sewaktu batuk dan bersin
- Tidak meludah sembarang tempat
- Rajin membuka jendela rumah agar matahari masuk
- Bila ada anggota keluarga yang terkena TB atau penyakit pernapasan maka alat makan lebih baik disendirkan untuk menghindari penularan pada anggota keluarga yang lain.
Akhir kata semoga tulisan saya ini bermanfaat.
0 comments
Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)