Menghadapi Pendengki
Kemarin saya menulis status bernada agak keras di wall fb
saya. Karena status saya tersebut ada teman yang bertanya, tumben saya bikin
status seperti itu. Kenapa? Iya jujur saja selama ini saya memang jarang nulis
status dengan nada keras seperti itu. Sebelum menuliskan status di fb saya
memang selalu memikirkan dulu apa akibatnya. Karena apa yang kita tulis itu di
medsos itu sangat mencerminkan siapa diri kita sebenarnya. Apalagi saya juga
punya anak dan suami, yang bakalan ikut menanggung malu seandainya saja saya sampai
menuliskan hal-hal atau kata-kata yang tidak pantas dibaca di fb. Bukannya
pengen jaim atau gimana di medsos. Dalam kenyataannya saya memang orang yang
malas cari masalah. Bukan karena takut atau apa, tapi karena saya merasa sayang
dengan diri saya sendiri. Dengan bermasalah dengan orang lain, itu sama artinya
buang-buang energi saya. Dan itu melelahkan.
Sehingga selama ini kalau ada orang yang mancing-mancing
masalah sama saya, biasanya lebih banyak saya cuekin asal tidak keterlaluan.
Kalau sudah keterlaluan saya memang bisa marah, lha memangnya saya ibu peri? Saya
juga manusia biasa yang punya batas kesabaran. Tapi selama saya masih bisa
sabar, saya memang lebih suka mendiamkannya. Terserah lah..kamu mau apa, mau
ngatain saya kayak gimana, nggak bikin saya masuk rumah sakit juga. Justru
kalau saya jadi emosi efeknya malah saya sendiri yang jadi sakit. Emosi itu
bener-bener nguras energi dan bikin sakit maag saya jadi kambuh. Jadi selama
ini saya selalu berusaha untuk megontrol emosi saya biar nggak sampai merugikan
diri saya sendiri.
Sayangnya...masalah yang kemarin itu benar-benar berhasil
membuat saya jadi sangat emosi. Maka saya ucapkan selamat kepada Mister
Pendengki yang sudah sangat berhasil memancing emosi saya kemarin. Iya saya
memang sangat emosi karena kekesalan saya pada mister pendengki memang sudah
sangat menumpuk. Saya nggak tau apa yang salah dengan jiwa dari mister
pendengki ini. Mungkin dia memang punya masalah gangguan kejiwaan atau apa? Sehingga
dari dulu tak henti-hentinya dia selalu berusaha cari masalah dengan saya.
Padahal sejak dulu, saya tak pernah merasa punya masalah dengan dia dan tak
pernah sedikitpun mengganggu kehidupannya.
Sudah cukup lama saya bersabar, sejak bertahun lalu dia
pernah menghina dan merendahkan ibu kandung saya. Saya sudah diam. Padahal ibu
saya sempat mengeluh pada saya karena sakit hati dengan kata-kata yang keluar
dari mulutnya, tapi waktu itu saya malah masih bisa menenangkan ibu saya dengan
berkata, “Sabar Maaa..”. Meski bagi saya
kata-katanya pada ibu saya itu memang sudah
sangat keterlaluan, tapi saya juga tidak pernah memutus tali silaturahmi dengan
orang tersebut.
Saya masih mau memasukkannya dalam grup chat yang saya kelola,
atas permintaan dari istrinya sendiri. Namun nyatanya saat bergabung dalam grup
chat tersebut, mister pendengki ini juga tetap cari-cari masalah dengan saya. Salah
satu contoh ketika saya berulang tahun. Beberapa anggota grup chat mengucapkan
selamat ulang tahun dan mendoakan kebaikan bagi saya via grup. Bukankah itu
merupakan hal yang wajar? Tapi anehnya tiba-tiba mister pendengki ini
mengeluarkan komentar dengan mengatakan bahwa ngapain ulang tahun di kasih
selamat, dalam islam itu nggak ada tuntunannya. Entah apa maksudnya dia
komentar seperti itu, padahal saat anaknya sendiri ulang tahun dia juga
merayakannya. Tapi giliran saya mendapat ucapan selamat ulang tahun di grup
chat, dia tampak sangat tidak suka. Ya..dugaan saya sih mungkin dia cuma iri, karena
kalau dia ulangtahun nggak ada seorangpun yang memberi ucapan selamat padanya,
sehingga dia bersikap seperti itu. Karena masih bisa sabar, saya juga tidak menanggapi
komentarnya di grup saat hari ulang tahun saya tersebut. Saya memilih untuk
menikmati hari jadi saya dengan berbahagia saja daripada ngirusin komentar dari
orang yang nggak jelas sepert dia.
Lalu pernah suatu ketika saya ngeshare sebuah tulisan di
grup chat, yang menurut saya isi dari tulisan tersebut sangat bagus. Bisa
mengingatkan pada saya untuk lebih sayang pada orang tua terutama pada ibu
kandung kita. Saya hanya ingin berbagi hikmah pada anggota grup, termasuk
mengingatkan diri saya sendiri untuk makin berbakti pada ibu. Tapi anehnya
lagi-lagi mister pendengki ini tampak tidak suka dengan tulisan yang saya
share. Padahal selama ini dia juga sering ngeshare tulisan atau foto di grup
dan tidak pernah saya komentari negatif sedikitpun. Jadi mister pendengki
ternyata langsung bereaksi dengan tulisan yang saya share, lagi-lagi dengan
mengatakan itu tidak ada tuntunannya dalam Islam. Lalu nyerocos dengan
komentar-komentar yang sok pintar dan bernada memojokkan saya, seolah-olah dia
itu adalah kyai yang ilmunya paling tinggi dan paling benar. Lha saya juga jadi
bingung, apa yang salah dengan tulisan yang saya share. Karena jengkel sayapun
membalas komentarnya dengan kata-kata yang pedas juga, karena sikapnya itu
sungguh sangat menjengkelkan. Lalu di akhir perdebatan kami, tiba-tiba dia
melontarkan komentar, “grup apaan ini?” kira-kira seperti itulah maknanya. Dan sebagai admin dengan tegas saya katakan,
“Jika anda tidak suka berada di dalam grup ini, maka silahkan keluar
dari grup”. Lalu mister pendengki itu langsung keluar dan saya lega karena dia
sudah tidak ada lagi di dalam grup chat saya.
Sejak dia keluar, suasana grup
jadi terasa lebih nyaman. Kami para anggota grup masih tetap saling silaturahmi
satu sama lain tanpa ada masalah sedikitpun. Tak ada lagi diskusi yang nadanya
ingin menjatuhkan atau memojokkan orang lain. Saling memberi nasihat kebaikan
dan berbagi informasi positif di grup
masih tetap kami lakukan hingga saat ini. Dan saya sudah nggak tau lagi gimana
kabar mister pendengki, bahkan sudah melupakannnya.
Tapi kemarin siang tiba-tiba mister pendengki ini berulah
lagi di FB, setelah sekian lama saya tidak pernah bertemu lagi dengannya. Dia
menuliskan status yang meski tidak menyebut nama saya, tapi menyerang saya
secara langsung dan terbuka dengan mengangkat masalah lama yang sebenarnya
sudah clear sejak tahun 2011, tapi di tahun 2015 ini diangkat lagi dan
dituliskan untuk memojokkan saya serta menganggap saya sebagai orang yang tidak
tahu etika. Status yang dia tulis itu,
jelas terbaca di timeline fb saya, dan saya juga melihat sendiri bahwa istrinya
yang nyata-nyata sudah tau masalah itu clear sejak tahun 2011 dan tidak punya
maalah dengan saya juga malah ikut memberikan like di status suaminya tersebut.
Saat itulah saya benar-benar marah, sebenarnya siapa yang tidak tahu etika?
Jika memang mister pendengki ini tidak paham duduk masalah yang sebenarnya,
apakah beretika jika langsung koar-koar nulis status di FB yang jelas diarahkan
pada saya seperti status ABG ALAY seperti itu. Padahal sebenarnya itu hanya
masalah sepele, namun oleh mister pendengki masalah tersebut dibesar-besarkan
dan dituliskan di medsos yang semua orang bisa membaca dengan tujuan untuk
memancing emosi saya. Dan sayangnya..dia berhasil.
Iya saya memang langsung emosi membaca statusnya. Tapi bukan
gaya saya jika saya kemudian membalas
dengan mengomentari statusnya yang tidak tahu etika itu secara langsung sehingga menimbulkan perang terbuka di dunia maya. Itu bukan gaya saya. Makanya kemudian
saya membuat status bernada agak keras di wall fb saya sendiri, yang memang
saya tujukan untuk mister pendengki itu agar dia mau introspeksi diri. Tapi nyatanya
dia memang tidak pernah bisa introspeksi diri. Dia adalah orang dengan karakter
yang selalu merasa bahwa dirinya itu adalah orang yang paling benar dan paling
suci di muka bumi ini. Anehnya lagi, saat saya tanyakan ke istrinya kenapa
istrinya ikut memberi tanda like di status fb mister pendengki ini? Kata istrinya
dia merasa sama sekali nggak memberi like pada status itu dan sudah lama banget nggak buka
fbnya sendiri. Aneh banget, apa iya mister pendengki ini yang ngelike status
nyinyirnya itu pakai fb istrinya. Lalu tujuannya apa? Weird...
Kemarin saat emosi saya terpancing, saya memang jadi merasa
sangat tidak nyaman. Saya tahu sebenarnya memang itulah yang diharapkan oleh
seorang pendengki, yaitu berusaha menebar kedengkian dengan tujuan untuk
mengganggu kenyamanan hidup kita. Saat emosi kita berhasil terpancing disitulah
letak keberhasilan dari mister pendengki ini. Sayang sekali, kemarin saya kalah dan dia
menang. Tapi ketahuilah bahwa kemenangan itu nggak bertahan lama. Rasanya
buang-buang energi sekali kalau saya harus berlama-lama emosi meladeni kelakuan si
mister pendengki ini.
Maka saya memilih untuk mengambil sikap untuk kembali
menjadi diri saya sendiri. Jika saya membalas kenyiyirannya itu dengan
ikut-ikutan nyiyir di fb, itu artinya saya juga nggak ada bedanya sama dia.
Sungguh malu saya jika sampai saya membuat status nyinyir di fb yang faktanya
sebenarnya jauh berbeda dengan yang sudah terlanjur saya nyinyirkan itu. Tapi
sepertinya hal ini sama sekali nggak berlaku buat mister pendengki yang saya
maksud. Atau mungkin saja urat malunya memang
sudah putus?who knows..
Mulai sekarang silahkan saja anda menulis apapun sesuka hati
anda untuk mengolok-olok saya. Saya heran laki-laki seperti anda kok beraninya
hanya mengolok-olok wanita yang sedang hamil muda seperti saya lewat dunia maya. Kenapa tidak berani
menghadapi saya secara langsung? Saat istri anda melahirkan beberapa waktu lalu,
saya saja masih mau bersilaturahmi untuk mengucapkan selamat pada istri anda,
tapi anda sendiri malah tak mau atau tak berani menemui saya secara langsung.
Sejujurnya jika mister pendengki ini mau sadar dan
instropeksi serta mengakui kesalahannya, pintu maaf saya masih tetap terbuka.
Tapi jika mister pendengki ini memang tetep kekeh pada sikap dan hatinya yang
keras, ya silahkan saja. Karena sebenarnya dengan terus-terusan anda mendengki
pada saya maka anda sendirilah yang akan merasakan kesusahan hidup. Bagi saya,
cukup sudah untuk yang terakhir kali emosi saya terpancing kemarin. Saya pikir
tak ada gunanya juga saya memikirkan apalagi menanggapi kedengkian yang anda
tebarkan lewat medsos. Saya nggak akan unfriend atau block anda di fb. Saya lebih suka menuruti nasehat dari suami saya yang mengatakan “wong ora jelas, ora usah digagas”.
Jadi jika mister
pendengki membaca tulisan di blog saya ini, saya cuma mau bilang “Silahkan saja
bertingkah sesuka hatimu, saya sudah
tidak perduli lagi. Kelak jika waktunya tiba kau akan rasakan sendiri
akibatnya. Bagi saya, anda ada dan tiada
itu sama saja. Toh anda bukan bagian dari keluarga saya, bukan tetangga saya, juga
bukan teman kantor saya. So..terserah..anda mau terus-terusan benci dan dengki
sama saya, nggak ada ruginya kok buat saya ....Silahkan :) "
0 comments
Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)